MUI Cianjur: 1 Ramadan Tidak Serentak

Ribuan umat muslim melaksanakan shalat Terawih pertama di masjid Istiqlal, Jakarta, (31/7). Pemerintah menetapkan hari pertama puasa Ramadhan 1432 H jatuh pada Senin (1/8). TEMPO/Tony Hartawan
Ribuan umat muslim melaksanakan shalat Terawih pertama di masjid Istiqlal, Jakarta, (31/7). Pemerintah menetapkan hari pertama puasa Ramadhan 1432 H jatuh pada Senin (1/8). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Cianjur - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cianjur memastikan bahwa penentuan tanggal 1 Ramadan atau hari pertama puasa tidak akan serentak. Hal itu karena adanya perbedaan penafsiran dan pandangan terhadap cara penghitungan antara hisab dan rukyat.

"Kami pastikan tidak akan serentak karena dari dulu memang ada dua penghitungan yang dipercaya untuk penentuan 1 Ramadan dan 1 Syawal. Namun MUI dan Kementerian Agama telah sepakat penentuan ini berdasarkan penghitungan rukyat atau saat hilal terlihat di akhir bulan Syaban," ujar Sekretaris MUI Kabupaten Cianjur, Ahmad Yani, di Cianjur.

Yani menuturkan MUI dan Kementerian Agama tidak akan mempersoalkan dan memaksa suatu kelompok untuk sama dan sepemahaman mengenai penghitungan ini karena semuanya berdasarkan kepercayaan masing-masing.

"Tim MUI dan Kementerian Agama telah sepakat untuk penentuan 1 Ramadan berdasarkan penglihatan rukyat atau usai melihat hilal pada 29 Syaban 1433 Hijriyah tepat pukul 11.21 WIB," ujarnya.

Untuk penentuan tersebut tim MUI dan Kementerian Agama akan melihat secara langsung adanya hilal yang dilokasikan untuk wilayah Cianjur dan Sukabumi, berpusat di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Semuanya serentak akan dilakukan di 70 titik se-Indonesia.

Jika hilal terlihat pada hari Kamis, dipastikan puasa Ramadan akan digelar mulai 21 Juli 2012 dan salat tarawih berlangsung 20 Juli 2012. "Jika hilal tidak terlihat pada Kamis tersebut, akan dipastikan puasa Ramadan akan dibulatkan usai tanggal 30 Syaban 1733 Hijriyah," katanya.

Hasil dari penentuan ini, menurut Yani, nantinya akan dilaporkan pada sidang isbat semua departemen untuk menentukan dan diumumkan secara nasional. Perbedaan tersebut, kata dia, tidak akan mengurangi substansial Ramadan sebagai bulan penuh berkah dan ampunan.

Sementara itu, melihat perbedaan mazhab perhitungan tersebut, Sekretaris Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cianjur, Mohamad Toha, mengungkapkan persoalan ini memang tidak akan pernah selesai di Indonesia. Sebab, perbedaan penafsiran dan pandangan masing-masing kelompok sangat kuat. Namun, mekanisme negara untuk menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal sudah tepat dengan adanya sidang isbat, duduk bersama untuk menentukannya.

"Meski akhirnya akan tetap berbeda juga, mudah-mudahan para pemimpin ormas dapat menyamakan rumusan tentang penentuan tanggal dan tahun hijriyah karena ini penting untuk kebersamaan umat," ujar dia.

Menurut Toha, di era yang serbamodern dan kecanggihan teknologi, sebenarnya tidak perlu melihat penghitungan dengan mata kepala sendiri hingga larut malam. "Ini menarik, saat sidang isbat selalu dilaksanakan, tapi perbedaan akan selalu terjadi," ujarnya.

DEDEN ABDUL AZIZ

Berita Terkait:
Tentukan Awal Puasa, Sidang Isbat Digelar 19 Juli
Muhammadiyah Diminta Hadiri Sidang Isbat
Harga Bahan Pokok di Banten Naik

Warga Muhammadiyah Diminta Berpegang pada Hisab

Jelang Puasa, Indosat Tambah Kapasitas Jaringan

Cimplung Manis Pengganti Kurma

Penjual Beduk Warna-Warni Panen Pembeli