TEMPO.CO , Jakarta: Setelah Partai Nasional Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya, dan Partai Keadilan Sejahtera, kini giliran Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mulai melirik Jusuf Kalla sebagai calon presiden pada 2014. Ketua Bidang Komunikasi dan Hubungan Media DPP PPP, M. Arwani Thomafi, mengatakan nama mantan Wakil Presiden RI itu sudah muncul dalam bursa calon presiden PPP sejak awal tahun lalu.
Menurut dia, kedekatan dengan masyarakat muslim, yang merupakan konstituen PPP, dan elektabilitasnya yang cukup tinggi membuat PPP menempatkan Kalla sebagai pilihan teratas dalam bursa calon presiden 2014. "Nama Jusuf Kalla adalah tokoh eksternal yang paling banyak mendapat dukungan dari internal PPP dalam Mukernas I," ujarnya kepada Tempo.
Arwani mengatakan PPP terus memonitor sepak terjang Jusuf Kalla dan tren elektabilitasnya yang banyak dilansir berbagai lembaga riset. Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting yang menempatkan nama mantan wakil presiden periode 2004-2009 ini di posisi ketiga membawa angin baik bagi Kalla menjelang Musyawarah Kerja Nasional II PPP awal tahun depan. "Bagaimanapun, PPP menginginkan capres yang diusung kelak akan memenangi pilpres. Faktor elektabilitas menjadi salah satu syarat penting untuk berkompetisi dalam pemilu presiden," ujar Sekretaris Fraksi PPP ini.
Posisi Kalla yang terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada awal Juni lalu juga menjadikannya memiliki kelebihan dibanding nama-nama calon presiden yang sudah muncul saat ini. "Semakin mendekatkan psikologi politik PPP dengan JK yang memang memiliki jejak rekam kedekatan yang cukup baik dengan umat Islam,” kata Arwani.
Selain Kalla, dari lingkup eksternal PPP muncul nama-nama lain, seperti Mahfud Md., Khofifah Indar Parawansa, dan Anies Baswedan. Sedangkan dari lingkup internal PPP, hingga saat ini hanya Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali yang muncul ke permukaan. ""Untuk mempersiapkan itu, saat ini DPP PPP telah membentuk Lembaga Pemenangan Pemilu Presiden yang dikomandani oleh Bapak Lukman Hakim Saefudin," ujar Arwani.
Menanggapi pamor Kalla yang terus meningkat, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Leo Nababan mengatakan partainya tak akan melakukan upaya apa pun untuk membujuk mantan Ketua Umum Golkar itu agar mengurungkan niatnya maju sebagai calon presiden. "Tidak perlu kami bujuk-bujuk. Pak JK itu bukan anak kecil lagi, dia kader utama yang mengerti keputusan partai," ujarnya kepada Tempo.
Leo menganggap dikaitkannya nama Kalla dengan partai lain bukan hal baru. Sebagai partai dengan banyak tokoh nasional, ia menilai wajar jika kader Golkar diminati oleh partai lain. "Artinya, kader Golkar berkualitas, dan kami bangga dengan itu," katanya.
Namun, ia menegaskan, partainya juga memiliki aturan main yang sudah ditetapkan. Jika Kalla resmi dicalonkan oleh partai lain, Golkar akan segera memutuskan statusnya sesuai dengan aturan yang berlaku. “Sekarang kan belum ada yang resmi, baru katanya-katanya," ujar Leo.
Golkar memastikan akan menghormati pilihan politik Kalla jika memang akan maju dari partai lain, karena partai tak merasa rugi jika hal itu benar terjadi. "Itu hak politik beliau untuk maju dari partai lain. Kami tidak merasa rugi dan tak akan ada satu langkah pun untuk menghalangi Pak JK untuk maju," kata Leo.
FEBRIYAN
Berita Terkait:
Golkar Akan Peringatkan Jusuf Kalla
usuf Kalla Tak Gentar Dipecat Golkar
Kalla Pilih Pinangan Mana, Gerindra atau NasDem?
Soal Capres, Kalla Tantang Golkar
Partai Golkar Ancam Pecat Jusuf Kalla
Kata Priyo, JK Bukan Kutu Loncat
Nasdem: Jusuf Kalla Pantas Jadi Calon Presiden