TEMPO.CO, Jakarta - Pengumuman laporan keuangan triwulan II 2012, yang biasanya dilansir pada akhir Juli, diperkirakan dapat memberikan dukungan bagi kelanjutan kenaikan indeks. Investor akan membuat langkah antisipasi dengan cara memborong saham yang diperkirakan mencatat pertumbuhan laba.
Namun mencuatnya kecemasan akan krisis utang kawasan Eropa setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Spanyol kembali melonjak di atas 7 persen diperkirakan menjadi ganjalan bagi perdagangan bursa domestik dan bursa Asia lainnya.
Indeks harga saham gabungan Bursa Efek Indonesia Jumat lalu ditutup pada 4.081,201, yang berarti naik 61,53 poin (1,53 persen) dari posisi sebelumnya, 4.019,673. Adanya kabar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat akan mengucurkan stimulus moneter seiring dengan memburuknya data ekonomi sempat mengerek indeks hingga ke 4.108, pekan lalu.
Analis dari PT Valbury Asia Securities, Alfiansyah, mengungkapkan sentimen individu emiten akan mempengaruhi pergerakan indeks menjelang pengujung Juli. Beberapa emiten, terutama perbankan, yang biasanya merilis laporan keuangan, lebih awal menjadi motor penggerak indeks.
Dia memprediksi indeks akan bergerak di rentang 4.008-4.145. Saham sektor konsumsi, infrastruktur, semen, dan perbankan yang memiliki fundamental bagus bisa kembali dikoleksi. "Saham yang berorientasi domestik dapat menjadi pilihan investor," ujarnya.
Sementara saham pertambangan dan agrobisnis yang sebagian besar berbasis ekspor akan pendapatannya dan labanya cenderung melambat seiring dengan jatuhnya harga komoditas dan sepinya permintaan global akibat krisis utang Eropa.
PDAT | VIVA B. KUSNANDAR