Kebutuhan Uang Ramadan Diperkirakan Rp 89,4 T

TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksikan kebutuhan uang (outflow) periode Ramadan dan Lebaran 2012 sebesar Rp 89,4 triliun. Kebutuhan tersebut meningkat Rp 9,1 triliun dibandingkan periode tahun sebelumnya. "Kami mencetak uang baru sebesar Rp 56,4 triliun selama Ramadan," kata Deputi Gubernur BI, Ronald Waas, dalam konferensi pers, Senin, 23 Juli 2012.

Dari total kebutuhan tersebut, bank sentral mempersiapkan uang pecahan besar (pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp 20 ribu) sebesar Rp 81,1 triliun. Sedangkan untuk uang pecahan kecil (pecahan Rp 10 ribu, Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1,000 serta uang logam seluruh pecahan) sebesar 8,3 triliun.

"Persediaan uang ini dinilai sangat mencukupi dalam memenuhi proyeksi kebutuhan uang periode Ramadan dan Lebaran 1433 Hijriah, baik dari sisi jumlah total maupun jumlah per pecahan," katanya.

Ronald menyatakan pihaknya telah melakukan berbagai langkah guna memenuhi kebutuhan uang tunai. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengoptimalkan distribusi dan persediaan uang tunai di kantor pusat dan kantor perwakilan BI dalam negeri.

"Sebagaimana hanya siklus tahunan, selama periode Ramadan dan Lebaran umumnya terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai dan sistem pembayaran non-tunai untuk memenuhi transaksi masyarakat," ujar dia.

Untuk sistem pembayaran non-tunai (RTGS atau kliring), Ronald menyatakan pihaknya juga telah mempersiapkan infrastruktur untuk mengantisipasi peningkatan. Menurut dia, rata-rata volume transaksi non-tunai meningkat hingga 13,7 persen di atas transaksi normal harian.

Ronald mengatakan transfer dana melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga telah menggunakan sistem transfer dana close to real time "Si Kilat" (Sistem Kliring Kini Lebih Cepat). "BI akan bekerja sama dengan perbankan dan sepanjang dibutuhkan BI juga siap menambah jam layanan operasional," katanya.

Tahun ini, BI berupaya memadukan layanan pembayaran tunai dan non-tunai dalam rangka mewujudkan less-cash society. Hal ini bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam peretail agar semakin sering menggunakan kartu atau uang elektronik sebagai alternatif uang kertas dan logam, terutama uang pecahan kecil.

ANGGA SUKMA WIJAYA

Berita terpopuler lainnya:
Ini Isi Percakapan Hartati Murdaya dan Bupati Buol
Inilah Alasan Mengapa Pria Tertidur Pasca-Seks

Jokowi Tak Mau Didikte Partai Pengusungnya

3 Juta Lelaki Indonesia Kunjungi Pelacur

JK Akan Atur Volume Pengeras Suara Masjid

Korban Penembakan Batman Lamar Kekasih Di RS