TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog anak, Ratih Ibrahim, mengatakan anak di bawah umur akan trauma setelah secara langsung mengalami peristiwa penembakan. Seperti yang baru saja terjadi, tiga warga negara Indonesia menjadi korban penembakan pada pemutaran perdana film Batman: The Dark Night Rises di Denver, Colorado, Amerika Serikat. Koban tersebut adalah Anggiat M. Situmeang, 45 tahun; istrinya, Rita Paulina Situmeang (45); dan putra mereka, Prodeo Et Patria Situmeang (15).
“Sulit untuk mengatakan bahwa anak itu tidak akan trauma. Apalagi masih 15 tahun, masa anak mengalami transisi dan sedang rapuh,” kata Ratih kepada Tempo, Senin, 23 Juli 2012.
Trauma macam ini disebut the direct trauma. Trauma yang dirasa jelas lebih besar daripada trauma yang dirasakan tidak secara langsung. Misalnya, trauma karena melihat kekerasan di televisi atau buku. Semakin dekat dengan kejadiannya, trauma yang dihasilkan akan semakin besar.
“Efek yang terburuk bisa ada dua. Anak menjadi pemurung atau justru agresif,” katanya.
Menjadi pemurung, misalnya, anak akan terus merasa dihantui si pelaku penembakan. Dia akan menjadi anak yang pendiam, penakut, bahkan bisa mengalami gangguan jiwa. Sementara efek sebaliknya, agresif, bisa saja sang anak justru mengikuti tindakan si penembak brutal itu.
“Contohnya seperti si pelaku. Dia bilang ia melakukan penembakan karena mengikuti tokoh yang ada pada film itu, Joker,” kata Ratih.
Namun trauma bisa dikurangi dengan adanya peran orang tua. Menurut Ratih, orang tua harus selalu membimbing anak agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik. “Jadi peran orang tua sangat penting. Orang tua harus selalu ada untuk anak,” kata dia.
ELLIZA HAMZAH
Berita Populer:
Pelaku Teror Batman Terancam Hukuman Mati
Ini Cara Anggiat Lolos dari Tembakan Maut
Anggiat, Korban ‘The Jocker,’ Tetap Senang di AS
The Joker Colorado Ludahi Sipir Penjara
The Joker Diduga Tak Beraksi Sendiri