TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 4.000 perajin tempe di wilayah Jabodetabek, Banten, Bogor, dan Bandung bakal berhenti berproduksi.
Ketua Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Jakarta Selatan, Sutaryo, mengatakan pihaknya akan menghentikan produksi selama tiga hari sebagai bentuk protes kepada pemerintah. "Aksi kami mulai berlaku sejak 25, 26, dan 27 Juli mendatang," ujarnya saat dikonfirmasi Tempo, Selasa, 24 Juli 2012.
Menurut Sutaryo, aksi mogok itu dilakukan sebagai bentuk protes kepada pemerintah atas lonjakan harga kedelai yang cukup tinggi saat ini. Hingga akhir pekan kemarin harga kedelai untuk perajin mencapai Rp 8.000 per kilogram. Padahal sebelumnya berada di kisaran Rp 5.500 per kilo gram.
"Mungkin harganya bisa mencapai Rp 10 ribu menjelang Lebaran, kami jelas tidak bisa menentukan harga jual," ujarnya.
Angka itu terus naik setiap pekan seiring dengan masuknya Ramadan. Ia menyatakan aksi turun ke jalan pernah dilakukan perajin pada 2008 lalu. Ketika itu mereka meminta pemerintah melakukan swasembada kedelai.
Pasalnya, hingga kini produksi kedelai dalam negeri tidak memadai. Produksi kedelai lokal mencapai 600-900 ribu ton, jauh dari kebutuhan nasional di kisaran 2,3-2,4 juta ton per tahun.
"Mungkin realisasinya hanya 500 ribuan ton," kata dia. "Sekitar 80 persennya itu untuk perajin tempe, sisanya buat industri yang lain."
Meroketnya harga kedelai, kata dia, disebabkan oleh naiknya bea masuk kacang kedelai hingga 7,5 persen. Akibatnya harga jual ke masyarakat lebih mahal. Namun ia mengakui pasokan kedelai untuk petani terbilang aman. "Kalau pasokan aman, tapi harganya yang terus naik."
JAYADI SUPRIADIN
Berita terpopuler lainnya:
Ini Jawaban Jokowi atas Kicauan @Triomacan2000
Brotoseno dan Angie kembali Pamer Kemesraan
Dua Tokoh Ini Jadi Penentu Capres 2014
Ruhut Tuding Nasdem Alihkan Isu
Oknum Kotak-Kotak Masih Misterius
Mark Hughes Memuji Penampilan Persebaya