TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta pengusaha tahu-tempe membatalkan ancaman mogok berjualan yang akan dimulai Rabu, 25 Juli 2012.
”Cari penyelesaiannya jangan mogok. Kalau kemudian mogok, tidak menyelesaikan masalah,” kata dia di Bandung, Selasa, 24 Juli 2012.
Dia meminta pengusaha tahu-tempe menimbang langkah tersebut. Dia beralasan, aksi mogok itu hanya merugikan ekonominya sendiri. ”Mereka tidak mendapat apa-apa, rugi. Kecuali ada faktor kesengajaan, kelalaian dari pihak-pihak tertentu, bolehlah ada proses itu (mogok), itu saya kira masalah kita bersama," kata Heryawan.
Menurut dia, untuk bahan baku kedelai yang dipersoalkan, pemerintah daerah tidak bisa ikut campur karena yang mengatur tata niaganya pemerintah pusat. ”Yang bisa kami lakukan paling hanya melancarkan distribusi. Kedelai itu impor, kebijakan impor ada di pemerintah pusat,” kata Heryawan.
Heryawan menambahkan, kedelai merupakan tanaman subtropis, hasilnya tidak maksimal di daerah tropis. Kendati demikian, dia berjanji akan mengupayakan produksi kedelai lokal lebih banyak untuk mensubstitusi kebutuhan itu.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofwan Arif mengatakan saat ini kebutuhan kedelai Jawa Barat untuk kebutuhan industri tahu-tempe dalam sebulan sekitar 13 ribu ton. ”Kalau digabungkan dengan industri lainnya rata-rata 20 ribuan ton per bulannya,” kata dia.
Menurut Ferry, pengguna kedelai tak sebatas pengusaha tahu-tempe. Sejumlah industri bahan makanan lainnya juga memanfaatkannya. Dari jumlah itu, hanya 30 persen pasokan kedelai Jawa Barat dihasilkan dari kedelai lokal. ”Masih 70 persen tergantung kedelai impor,” kata dia.
AHMAD FIKRI
Berita Terkait:
Setelah Menghilang, Harga Tempe Tahu Naik
Ini Penyebab Sulitnya Swasembada Kedelai
Siap-siap 3 Hari Puasa Makan Tahu Tempe
Kedelai Lokal Menghilang, Harga Tahu dan Tempe Naik
Perajin Minta Ada Subsidi Kedelai Impor
Cara Perajin Tempe Siasati Harga Kedelai Naik