Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Festival Tiga Suku Timor Perkuat Kearifan Lokal

image-gnews
Festival Ningkam Haumeni. flickr.com
Festival Ningkam Haumeni. flickr.com
Iklan

TEMPO.CO, Mollo Utara - Ratusan warga dari tiga suku besar di Kabupaten Timur Tengah Selatan, yakni Mollo, Amanuban, dan Amanatun, berkumpul bersama di bukit keramat Anjaf-Nausus, Desa Fatukoto, Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, sejak Selasa, 24 Juli 2012.

Mereka berbondong-bondong menghadiri Festival Ningkam Haumeni yang berlangsung tiga hari berturut-turut hingga Kamis, 26 Juli 2012. Sebagian besar warga yang tersebar di puluhan desa itu datang dengan berjalan kaki selama berjam-jam melintasi wilayah perbukitan.

Festival Ningkam Haumeni merupakan festival tahunan yang digelar sejak 2010. Festival ini berupaya mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat tiga suku tersebut, yang dikenal sebagai Masyarakat Tiga Batu Tungku. Festival ini terinspirasi oleh perjuangan Suku Mollo dalam mengusir perusahaan pertambangan marmer dari wilayah perbukitan yang mereka anggap keramat, yakni Anjaf dan Nausus. Melalui festival ini mereka bertekad mengembangkan perekonomian yang tidak merusak alam dan jati diri mereka.

Ningkam Haumeni berasal dari dua kata, yaitu "ningkam", yang artinya lilin atau madu, dan "haumeni", yang berarti cendana. Kedua barang tersebut kini sudah semakin sulit ditemukan di wilayah itu.

Koordinator seksi acara, Herry Naif, mengatakan festival akan diisi berbagai macam kegiatan budaya, seperti ritual adat, pameran tenun, pertunjukan tari, berbalas pantun, dan pemutaran film tentang lingkungan hidup. Mereka juga mendiskusikan berbagai persoalan yang tengah dihadapi, termasuk memperkuat komitmen mereka terhadap nilai-nilai adat yang mulai memudar.

"Festival ini dilakukan atas inisiasi dan kemauan masyarakat adat Tiga Batu Tungku sendiri dan bukan atas inisiasi pemerintah atau bantuan dari pihak mana pun," kata Aleta Baun, motor penggerak festival ini. Aleta adalah aktivis lingkungan yang peduli dengan kampung halamannya. Dialah perempuan yang memimpin masyarakat Molo menentang kehadiran perusahaan tambang marmer di wilayah mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Festival Ningkam Haumeni digelar dengan sangat sederhana, tanpa panggung, tanpa ingar bingar musik. Berselimutkan udara dingin, mereka berdiskusi mencari solusi terhadap berbagai persoalan, terutama soal kerawanan pangan. Aleta menuturkan festival ini diharapkan mampu menghasilkan usaha alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap mengedepankan kearifan lokal masyarakat Tiga Batu Tungku, tanpa merusak ekosistem dan ekologi yang ada.

"Selama tiga tahun ini kami mengalami gagal panen, dan kerawanan pangan selalu menghantui kami. Tapi kini kami harus siap menghadapinya," tutur Aleta. Untuk mengatasi masalah itu kini dia mencoba mengajak masyarakat untuk mengembangkan berbagai bibit pangan lokal yang bisa bertahan hidup dalam kondisi perubahan iklim yang tidak menentu. Dalam festival tahun ini masyarakat adat akan berdialog dengan Maria Loretha, peraih Kehati Award 2012 dari Adonara, Flores, yang telah sukses mengembangkan beragam tanaman lokal seperti sorgum, sejenis jagung yang lazim tumbuh di daerah kering seperti NTT.

Secara terbuka mereka juga akan berdialog dengan Bupati Timor Tengah Selatan, Paul Mela, dan anggota DPR, Farry Francis, pada Rabu, 25 Juli 2012. Mereka mengingatkan pemerintah agar lebih mengembangkan pertanian dan peternakan ketimbang kebijakan yang lebih mengeksploitasi alam, seperti pertambangan.

"Tambang dan semacamnya bukan kita yang buat. Tidak boleh kita ambil dan menjualnya. Biarkan mereka ada di dalam tanah saja. Kita akan menjual yang bisa kita buat saja, misalnya tenun, pertanian, dan sebagainya. Itu yang kami pilih," kata Aleta.

NUNUY NURHAYATI (MOLLO UTARA)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

24 hari lalu

Puluhan ribu warga berpartisipasi dalam Festival Kanda Matsuri, Tokyo. Foto: @tokyoartsandculture
3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.


Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.


Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa


Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda


Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.


Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Festival budaya Bastar Dussehra di India (utsav.gov.in)
Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.


Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Festival Budaya Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.Dok. BPPD NTB
Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.


Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Haeundae Beach, salah satu pantai yang populer di kota Busan. Selain jadi tujuan bisnis dan MICE, Busan juga menjadi kota wisata leisure. Foto: @the.rhodes.we.travel
Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.


Festival LGBT Korea Selatan Dihadiri Puluhan Ribu Orang

2 Juli 2023

Peserta Festival Budaya Queer Seoul memegang bendera pelangi besar saat parade di Seoul, Korea Selatan, 1 Juli 2023. REUTERS/Minwoo Park
Festival LGBT Korea Selatan Dihadiri Puluhan Ribu Orang

Penyelenggara acara LGBT memperkirakan sekitar 35.000 orang mengikuti pawai tersebut.


Milad ke-215, Nantikan Kirab Agung Kasultanan Kacirebonan

10 Maret 2023

Pembukaan Festival Budaya 2023 memperingati Milad ke-215 Kasultanan Kacirebonan
Milad ke-215, Nantikan Kirab Agung Kasultanan Kacirebonan

Festival ini akan berlangsung selama 5 hari pada tanggal 9 -13 Maret 2023 di lingkungan Keraton Kacirebonan di Kota Cirebon, Jawa Barat.