TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa kakak mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, yaitu Muhammad Nasir. Ia diperiksa terkait dengan perkara dua warga Malaysia, R Azmi Bin Mohamad Yusof dan Mohamad Hasan Bin Khusi Mohamad.
Kepala Bagian Pemberitaan KPK Priharsa Nugraha mengatakan penyidik memeriksa Nasir sebagai saksi. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat itu dijadwalkan diperiksa hari ini, Rabu, 25 Juli 2012.
Azmi-Hasan menjadi tersangka karena menghalang-halangi penyidikan kasus korupsi pembangkit listrik tenaga surya 2008 di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Tersangka dalam kasus korupsi tersebut adalah Neneng Sriwahyuni, istri Nazaruddin.
Proyek PLTS berbiaya Rp 8,9 miliar itu diduga kuat melibatkan Neneng. Proyek tersebut disubkotrakkan dari PT Alfindo Nuratama Perkasa kepada PT Sundaya Indonesia yang mengakibatkan kerugian negara. Neneng pun mendapat keuntungan sekitar Rp 2,2 miliar dari subkontrak. Neneng sempat menjadi buron Interpol selama sepuluh bulan sebelum tertangkap di kediamannya, di Pejaten Barat, Jakarta Selatan, pada 13 Juni lalu.
KPK menduga Azmi dan Hasan ikut membantu Neneng selama di pelarian. Keduanya pun dicokok saat bersama-sama Neneng ke Jakarta untuk urusan tertentu.
Dalam perkara kedua warga Malaysia itu, penyidik pernah memeriksa politikus Partai Demokrat lainnya, Bertha Herawati. Bertha mengaku mengenal Azmi-Hasan. Mereka beberapa kali bertemu ketika datang ke Jakarta. Sebaliknya, Bertha pernah sekali bertemu keduanya di Malaysia.
Bertha mulanya mengenal Hasan melalui Marisi Matondang, Direktur PT Mahkota Negara, pada Oktober 2011. Mahkota adalah perusahaan yang tergabung dalam Grup Permai, milik Nazaruddin. Dua bulan kemudian, Bertha mengenal Azmi, juga lewat Marisi.
Bertha mengetahui Hasan sebagai pemilik restoran Kedai Hasan di Kuala Lumpur. Azmi adalah Managing Director Meram Holding Sdn, Bhd., dan HTM Consultants Sdn, Bhd.
Notaris perusahaan Nazaruddin ini membenarkan Azmi-Hasan sering mondar-mandir Jakarta-Kualumpur untuk urusan bisnis. "Mereka bermaksud berinvestasi pembangunan pelabuhan dan pabrik perkebunan kelapa sawit di Pekanbaru," kata Bertha. Adapun peran Bertha dalam bisnis tersebut adalah menotariskan kerja sama mereka. Namun Bertha mengaku sampai sekarang maksudnya belum terealisasi.
RUSMAN PARAQBUEQ