TEMPO.CO, Beijing-- Tak ingin boroknya diketahui, pemerintah Cina melarang semua media memberitakan keburukan dari penanganan banjir bandang terburuk sejak 61 tahun terakhir. Sebaliknya, kata Kepala Propaganda Beijing, Lu Wei, media diperintahkan memberitakan tentang "upaya berarti dengan doa dan air mata".
Perintah Lu Wei muncul setelah bencana banjir bandang pekan lalu itu menewaskan 37 orang. Penduduk kemudian murka dan menuding pemerintah Cina tidak becus mengatasi bencana. Namun pemerintah membantahnya.
Pertanyaan-pertanyaan kritis ihwal kematian 37 orang di Weibos, microblogging yang populer di Cina, dihapus dari Internet sejak Selasa 24 Juli 2012.
Media tidak sepenuhnya tunduk pada larangan memberitakan tentang buruknya penanganan bencana oleh pemerintah Cina. Mereka mencari cara untuk mengkritik pemerintah lewat pemberitaannya. Misalnya, China Daily, harian milik pemerintah berbahasa Inggris yang pembacanya sebagian besar orang asing, dalam kolom editorialnya mendesak pejabat Beijing segera meningkatkan sistem drainase.
Sedangkan kebanyakan media milik pemerintah lainnya memilih fokus pada berita-berita tentang kemanusiaan dan rakyat Cina saling membantu satu sama lain.
Sebelumnya, warga korban banjir bandang menyesalkan lambannya kinerja pemerintah. Menurut mereka, andai tanda peringatan banjir diumumkan lebih awal dan sistem drainase diperbaiki dengan yang lebih modern, korban tewas tidak akan terjadi.
“Pemerintah sama sekali tidak membantu. Setiap keluarga bertanggung jawab menemukan keluarga mereka,” kata Wang Baoxiang, yang kehilangan keponakannya berusia 30 tahun saat hujan lebat terjadi pada Sabtu pekan lalu.
Ketika di Cina banjir mulai reda, giliran Hong Kong diterjang badai sejak kemarin dinihari. Badai Vicente, yang membawa angin sangat kencang dan hujan deras, tidak menimbulkan korban jiwa. Namun badai tersebut telah mengakibatkan aktivitas bisnis dihentikan sementara. Bahkan bandar udara dan pelabuhan ditutup sementara dengan alasan keselamatan. Sebanyak 15 jadwal penerbangan dibatalkan dan 200 penerbangan ditunda keberangkatannya.
Lebih dari 30 ribu kapal laut Cina diminta kembali ke pelabuhan dan 10.560 nelayan berlindung di Guangdong. Selain aktivitas bisnis berhenti beroperasi, sekolah dan pelayanan pemerintah juga ditutup seiring dengan badai yang semakin kuat.
Menurut aparat pemerintah Hong Kong, badai yang menerjang negara tersebut merupakan yang terparah dalam satu dekade terakhir.
CHANNEL NEWS ASIA I ASIA ONE I MARIA RITA
Berita lain:
Sebelum Penembakan, Joker Colorado Ditolak 3 Cewek
Ini Cara Anggiat Lolos dari Tembakan Maut
Pelaku Teror Batman Terancam Hukuman Mati
Anggiat, Korban ‘The Jocker,’ Tetap Senang di AS
Menang Lomba Minum Tapi Nyawa Melayang