TEMPO.CO, Surabaya - Korban semburan lumpur Lapindo, Hari Suwandi, 44 tahun, yang berjalan kaki mulai dari Porong menuju Jakarta menuai banyak kecaman dari berbagai kalangan mulai dari warga Porong hingga lewat jejaring sosial.
Kecaman itu timbul karena Hari Suwandi dalam siaran di TV One pada Rabu malam menyatakan menyesal telah melakukan aksi jalan kaki dari Porong menuju Jakarta untuk menuntut penyelesaian ganti rugi. Ia juga meminta maaf kepada keluarga Aburizal Bakrie.
"Hari telah 'terbeli' dengan uang, ini bukan karena intimidasi. Saya ditinggalkan sendirian, padahal sebelumnya kami sedang berjuang untuk penyelesaian ganti rugi," kata Harto Wiyono, korban Porong yang mendampingi aksi jalan kaki Hari, kepada Tempo, Kamis, 26 Juli 2012.
Selama melakukan perjalanan, Hari didampingi Harto Wiyono, 41 tahun, korban lumpur Lapindo dari Jatirejo, Porong. Ia menggunakan sepeda motor dengan tugas mengawal Hari dalam perjalanannya menuju Jakarta.
Hari, korban semburan lumpur Lapindo dari Desa Kedung Bendo, Porong, berangkat berjalan kaki dari tanggul lumpur Porong mulai 14 Juni 2012 dan tiba di Jakarta pada 8 Juli 2012. Tujuannya menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara dan Aburizal Bakrie di Wisma Bakrie. Ia menempuh perjalanan sejauh 827 kilometer menyusuri jalan di jalur pantai utara Jawa yang melewati 17 kabupaten/kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Jakarta.
Baca Juga:
Harto mengatakan setelah siaran di TV One tersebut keberadaan Hari tidak bisa dilacak. Ia mengatakan selama di Jakarta keduanya memang belum berhasil menemui Presiden SBY ataupun Aburizal. "Kami menemui anggota DPR RI dan sudah mengajukan permintaan agar bertemu dengan Presiden," ujar dia.
Sebelumnya, kata Harto, Hari izin kepadanya pergi untuk membeli sesuatu pada Rabu sore. Dia tidak pernah mengatakan akan melakukan wawancara dengan TV One. "Jalan kaki adalah inisiatif Hari sendiri. Sabtu besok saya akan pulang ke Sidoarjo. Perjuangan kami untuk bertahan di Jakarta hingga ketemu dengan Presiden SBY terpaksa tidak kami lanjutkan," ujar dia.
Kecaman juga muncul dari pendamping korban lumpur Lapindo, Paring Waluyo Utomo, yang selama ini mendampingi perjuangan Hari. "Saya merasa tertampar, dia mengkhianati apa yang pernah dikatakannya sendiri," ujar.
Koordinator warga Lapindo di dalam peta terdampak, Yudo Wintoko, mengatakan aksi jalan kaki yang dilakukan Hari memang sejak awal diragukan oleh banyak korban Porong. "Kami menyesalkan tindakannya yang ujung-ujungnya untuk kepentingan diri sendiri," ujar dia.
Kecaman dan sumpah serapah terhadap Hari Suwandi juga diterima di grup Facebook "Dukungan Hari Suwandi, Jalan Kaki Porong Jakarta". Grup yang beranggotakan 1.967 orang ini dengan keras mengecam tindakan Hari yang menyesalkan aksi jalan kaki. Misalnya postingan dari Jelita Rafael, "Perjuangan Hari Suwandi berakhir di tipi merah.. oh Mr Hari.. kena apa dirimu?".
Sementara itu untuk mendapatkan konfirmasi Hari berkali-kali Tempo berupaya menghubungi dua nomor telepon selulernya. Namun hingga berita ini diturunkan, konfirmasi belum didapat karena telepon selulernya masih nonaktif.
DINI MAWUNTYAS