TEMPO.CO, TOKYO—Jumlah kasus penyiksaan anak di Jepang meningkat signifikan dari tahun lalu. Menurut data Kementerian Kesehatan, Buruh dan Kesejahteraan Jepang yang dilansir situs Asione Jumat 27 Juli 2012, jumlah kasus pada 2011 menjadi 59.862. Jumlah ini naik 3.478 kasus dari tahun 2010.
Bahkan data ini menunjukkan 84,3 persen anak yang tewas akibat penyiksaan pada 2010 merupakan batita alias anak di bawah tiga tahun. Sebuah rekor baru di negeri Sakura itu. Pada tahun itu, sebanyak 51 anak tewas, termasuk 23 bayi kurang dari setahun dan 43 batita.
Yang mengerikan, dari data ini menunjukkan separuh dari pelaku penyiksaan merupakan ibu kandung para anak. Pemerintah menduga masalah sejak kehamilan, termasuk hamil di luar keinginan sang bunda, menjadi pemicu kekejaman ini.
Untuk meningkatkan perlindungan terhadap batita dari penyiksaan, Kementerian mendesak pemerintah daerah di Jepang segera memberikan layanan yang berkaitan dengan kehamilan dan pendidikan anak.
Pasalnya, data per daerah menunjukkan Osaka menjadi kawasan dengan jumlah penyiksaan anak terbesar, mencapai 8.900 kasus. Peringkat kedua diduduki perfektur Kanagawa dengan 7.296 kasus, diikuti ibu kota Tokyo yang mencatat kasus 4.559.
Tren kasus penyiksaan anak di pusat perlindungan anak Jepang setiap tahun terus meningkat. Hal ini berlangsung sejak pemerintah mulai mengumpulkan data pada 1990. “Ini menunjukkan kerjasama antara seluruh pemangku kebijakan serta meningkatnya perhatian masyarakat terhadap masalah ini,” kata Kementerian Kesehatan.
L ASIAONE | SITA PLANASARI AQUADINI