Seniman Ramaikan Malioboro Selama Ramadan

Pawai sepanjang Jalan Malioboro menuju Alun-Alun Utara Yogyakarta saat Jogja Fashion Week (JFW) 2009, Rabu (5/8). Acara ini untuk mewadahi kreatifitas desainer serta mendorong peningkatan industri tekstil dan kerajinan. Tempo/Arif Wibowo
Pawai sepanjang Jalan Malioboro menuju Alun-Alun Utara Yogyakarta saat Jogja Fashion Week (JFW) 2009, Rabu (5/8). Acara ini untuk mewadahi kreatifitas desainer serta mendorong peningkatan industri tekstil dan kerajinan. Tempo/Arif Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta- Keluarga Musisi Penyanyi Artis Panggung Yogyakarta (Kampayo), selama Ramadan ini menggelar acara bertajuk "Menunggu Buka". Mereka akan menggelar panggung secara berkala di Jalan Mangkubumi hingga Malioboro. “Seniman itu hidupnya ada yang murni benar dari panggung. Padahal saat puasa seperti ini semua kegiatan di Yogya ikut puasa,” ujar koordinator Kampayo, Indro "Kimpling" Suseno, Jumat 27 Juli 2012.

Apalagi, sejak awal Ramadan, kawasan Malioboro sebagai ikon utama wisata Yogya juga tampak lengang karena pedagang yang biasa menyemarakkan jalanan cenderamata itu memilih libur. Karena itu, kata Kimpling, acara ini bisa dijadikan ajang penyaluran ekspresi seniman sekaligus hiburan bagi masyarakat.

Kampayo menghimpun sekitar 50 komunitas seni di Yogyakarta untuk mengisi acara itu. “Agar pariwisata di Yogya tetap menggeliat,” kata Kimpling, yang juga pengelola Jogja Gallery. Komunitas yang dirangkul itu di antaranya komunitas sulap yang digawangi pesulap gaek Yogya, Tedjo Badut; komunitas Magic Jogja; komunitas tari; komunitas lawak; komunitas pertunjukan seni tarik suara serta tausyiah; dan komunitas hipnosis.

Acara ini digelar berpindah-pindah, dengan memanfaatkan ruang kosong dan panggung sederhana di Jalan Mangkubumi dan Jalan Malioboro pada 26 Juli, 31 Juli, 2 Agustus, 3 Agustus, dan 9 Agustus. pertunjukan diadakan pada pukul 15.00 WIB sampai waktu buka puasa. “Semua seniman tampil tanpa imbalan dalam acara ini, yang penting kesenian yang ada di Yogya tetap mengalir. Ini bentuk ibadahnya seniman Yogya,” kata Kimpling.

Acara ini juga menghadirkan kolaborasi antarseniman di atas panggung. Pada pertunjukan yang digelar pada Kamis lalu di halaman kantor Dinas Pariwisata DIY, misalnya, atraksi tarik suara tiba-tiba diselingi dengan atraksi sulap, disusul atraksi tari. Masyarakat pun kian terhibur karena selain pertunjukan seni, disediakan pula takjil untuk berbuka puasa.

Adapun Kepala Dinas Pariwisata Provinsi DIY M. Tazbir mengatakan kawasan Malioboro, sebagai magnet bagi wisatawan, harus selalu dihidupkan lewat berbagai panggung hiburan, terutama pada momen-momen tertentu dan menjelang malam. “Jika Malioboro terus berdenyut di masa-masa seperti ini, suasana baru akan lahir, yang akhirnya memberikan kontribusi pada durasi kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara,” kata dia.

PRIBADI WICAKSONO