Puasa Antilemas Kaum Vegetarian  

sxc.hu
sxc.hu

TEMPO.CO , Jakarta: Restoran Loving Hut, lantai 3A Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Jumat pekan lalu, penuh sesak. Puluhan orang memadati meja-kursi untuk berbuka puasa. Steak, sandwich, dan nasi lemak menjadi santapan yang kerap dipesan.


Jangan salah, bukan daging sapi atau ayam. Itu semua makanan olahan bagi kaum vegetarian. “Kami restoran vegetarian murni,” kata Rio, Business Development Consultant Loving Hut, yang mendampingi Tempo. Semua menu merupakan penganan organik. Bahkan tak ada telur atau susu dalam bahan makanan.

Nyatanya, pengunjung menyukai. Hingga pukul 7 malam, pengunjung restoran waralaba itu tak juga menyurut. Tak semua yang berbuka puasa di sana antidaging. Nina, 25 tahun, misalnya. Meski bukan vegetarian, dia bisa menikmati daging olahan yang terbuat dari ekstrak kedelai yang ditawarkan Loving Hut. “Hampir sama rasanya seperti daging,” katanya.

Menurut Rio, mengenyangkan perut dengan menu vegetarian bukan perkara sulit. Ia membantah rumor menu vegetarian membuat kaum muslim yang berpuasa menjadi lemas. “Justru sebaliknya. Mereka yang bukan vegan justru lemas dan tidur di masjid,” kata Rio, yang sudah 11 tahun menjadi vegetarian.

Penganut vegetarian, Ben Omar, juga membenarkan. Ben, yang sudah tujuh tahun mengonsumsi sayur dan buah, mengaku sempat lemas sewaktu berpuasa. Belakangan, Ben merasa lebih bugar. Bahkan kesehatannya pun membaik. Dulu, karyawan salah satu production house di Jakarta ini gampang terkena flu. Sekarang, flu nyaris tak menyentuh tubuhnya.

Selain lebih tangguh menanti bunyi beduk, kaum vegetarian merasa lebih tenang bersikap. Rio mengaku lebih mampu mengontrol emosinya setelah berhenti mengkonsumsi daging. Ia tak pernah lagi marah berlebihan dan memaki. “Saya merasa lebih jernih secara emosional,” kata pria 38 tahun ini.

Bagi Ben dan Rio, menjalani puasa dengan menu vegetarian tak butuh makanan khusus. Ben, misalnya, menambah konsumsi buah saat sahur dan berbuka. Keduanya juga membantah anggapan bahwa menu vegetarian membutuhkan ongkos besar. Memang, Ben mengaku sempat mengeluarkan duit lebih pada awal menjadi vegetarian. Beberapa kali ia membuat salad sendiri yang ongkosnya lumayan.

Sekarang tidak lagi. Ia memilih menu standar. “Tak jauh-jauh dari nasi dan kentang,” katanya. Kalaupun lidah ingin tetap merasakan kenikmatan daging, sekarang sudah tersedia makanan khusus semacam yang disajikan di Loving Hut. Menjadi vegetarian tak sesulit dulu. Ben dan Rio membuktikan, menu vegetarian pun sangat layak konsumsi selama Ramadan.

SUBKHAN