TEMPO.CO, Jakarta - Bank Jawa Barat Banten (BJB) membukukan aset Rp 61,25 triliun hingga semester I 2012 atau naik 24,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Direktur Utama BJB, Bien Subiantoro, mengklaim aset banknya terbesar dibanding bank-bank asing.
"Dari posisi 16, kami terus naik ke posisi 11 atau 12. Kami akan terus berupaya agar masuk jajaran 10 besar," kata Bien dalam paparan kinerja BJB di Hotel Four Seasons, Senin, 30 Juli 2012.
Meskipun berstatus bank pembangunan daerah (BPD), Bien menilai tak ada perbedaan persaingan bisnis antara BPD dan bank umum lantaran pasar yang disasar sama. "Legal name kami memang BPD, tapi dalam bersaing kami harus punya mental petarung," kata Bien. Ia menambahkan, modal BJB pun sudah tak lagi terlalu bergantung dengan pemerintah daerah. "Lebih besar yang dari luar pemda."
BJB tercatat bertumbuh baik pada triwulan II 2012 karena berhasil meraup laba Rp 600 miliar. Dana simpanan mencapai Rp 49,79 triliun atau naik 37,5 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Adapun dari sisi kredit tumbuh 26,4 persen dari posisi Rp 25,88 triliun pada triwulan II 2011 menjadi Rp 32,71 triliun pada triwulan II 2012. Rasio kredit bermasalah terjaga di level 1,4 persen.
Bien menjelaskan, penyaluran kredit terbesar berturut-turut, yakni konsumer Rp 21,36 triliun atau naik 18,9 persen (year on year), komersial Rp 5,31 triliun atau naik 26,4 persen, mikro Rp 3,630 triliun atau naik 32,1 persen (year on year), dan pemilikan rumah Rp 941 miliar atau naik 572,2 persen.
"Sekarang yang terbesar konsumer, sebenarnya kredit multiguna pegawai pendapatan tetap, kredit potong gaji," ucap Bien. Adapun soal pertumbuhan signifikan kredit pemilikan rumah Bien tak mengkhawatirkannya lantaran rasio kredit bermasalahnya hanya 0,5 persen.
Dalam memperkuat bisnis, Bien menjelaskan, strategi BJB adalah menjaring dana simpanan di Jakarta dan menyalurkannya dalam bentuk kredit mikro di Jawa Barat dan Banten. "Itu strategi funding kami karena uang paling banyak beredar di Jakarta," ucapnya.
Ia menambahkan, nasabah individu dan institusi terus bertambah dan berdampak pada komposisi dana. "Ujung-ujungnya, cost of fund kami turun dari target 6,4-6,7 persen, sekarang 5,5 persen. Akibatnya, margin bunga bersih naik menjadi 6,9 persen karena ekspansi mikro juga jalan," katanya.
Porsi terbesar dana pihak ketiga BJB tercatat dari deposito berjangka sebesar Rp 47,7 triliun atau naik 36,8 persen, giro Rp 11,708 triliun atau naik 49,4 persen, dan tabungan Rp 6 triliun atau naik 17,5 persen. Meski deposito masih jadi simpanan yang terbesar, tapi rasio dana murah (giro dan tabungan) terhadap keseluruhan dana simpanan tercatat membaik dari posisi 34,5 pada triwulan II 2011 menjadi 37,1 pada triwulan II 2012.
"Customer based funding yang besar, di atas ekspektasi kami dan laba yang sudah mencapai Rp 600 miliar, memungkinkan dana simpanan digunakan untuk ekspansi, membesarkan aset," ucapnya.
Ke depan, Bien mengungkapkan, perseroan juga berencana memulai bisnis remittance di luar negeri. "Dalam dua-tiga tahun ke depan, kami akan main di bisnis internasional, bersaing dengan bank-bank besar lainnya," ucap dia.
MARTHA THERTINA