TEMPO.CO, Jayapura – Ketua Harian Persipura Jayapura La Siya menolak rencana peleburan Liga Prima Indonesia (LPI) dan Liga Super Indonesia (LSI) musim mendatang. Persipura tetap pada tawaran ISL sebagai liga resmi tanah air. “Kalau diminta memilih yang mana, atau gabung tidak keduanya, ya tidak bisa, yang resmi kan adalah LSI,” kata La Siya, Selasa, 31 Juli 2012.
Menurut dia, sewajarnya Indonesia hanya mempunyai sebuah liga resmi, liga yang diakui serta sesuai hasil kongres tahun kemarin. “Dan itu adalah LSI. Kita tidak bisa bertahan dengan kondisi ini, karena bakal ada sanksi untuk Indonesia, saya kira memang harus ada yang mengalah,” kata dia.
La Siya menambahkan, bila rencana penggabungan tetap dilaksanakan, klub yang ikut dalam kompetisi didasarkan pada penilaian AFC dan FIFA. “Regulasinya seperti yang ada dalam statuta, atau dibuat kongres lagi untuk menentukan mana yang bisa dipakai,” kata La Siya.
Dengan dua liga, faktanya telah memberi dampak pada prestasi tim nasional. Sebagian besar pemain berbobot malah tak diikutsertakan. Sedangkan penggabungan dua liga bukan hanya berdampak pada membengkaknya klub menjadi 34, namun juga bakal menimbulkan perseteruan. “Ini harus hati-hati. Persipura tetap pada prinsip, harus sesuai aturan,” ucapnya.
Rencana peleburan kompetisi masih menunggu hasil kesepakatan Komite Bersama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia pada 2 Agustus 2012. “Kita lihat saja hasilnya. Kalau dari saya, kita tetap di LSI,” katanya.
Konflik sepak bola nasional bermula dari dihentikannya LSI sebagai liga yang dianggap resmi setahun lalu. LPI kemudian digulirkan oleh PSSI versi Djohar Arifin menggantikan super liga. Konflik berkembang terus dengan lahirnya KPSI, yang belakangan menggelar Kongres Luar Biasa. KLB ketika itu menunjuk La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum.
JERRY OMONA