TEMPO.CO, Jakarta - Partai Islam dinilai tak akan punya prospek menjanjikan dalam Pemilihan Presiden 2014 mendatang. "Saya berpendapat partai Islam tidak akan lebih dari 3 persen," kata pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti, dalam diskusi Koalisi Islam Jelang Pilpres 2014 di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Selasa, 31 Juli 2012.
Menurut Ray, menurunnya suara partai Islam sudah mulai terlihat sejak sekarang. Kata dia, saat ini tidak ada partai Islam yang muncul dalam memberikan opini di publik. "Partai Islam lebih banyak muncul sebagai bayang-bayang partai besar," ujarnya.
Dalam menyikapi berbagai persoalan kebangsaan, partai Islam juga terkesan lambat dan kurang responsif. Akibatnya, masyarakat tidak melihat partai Islam sebagai solusi.
Menurut Ray, jika ingin menegakkan kembali kejayaan partai Islam, partai-partai yang berbasis Islam harus lebih berani keluar dari koalisi kebangsaan. "Kalau memang serius membesarkan partai Islam, jauh lebih baik bila mereka keluar dari koalisi kebangsaan," kata Ray.
Berbeda dengan Ray, Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan Reni Marlinawati justru yakin partai Islam tetap eksis. Menurut dia, sebagai partai Islam, PPP masih punya basis dukungan yang kuat di daerah-daerah. Dengan begitu pada pemilu dan pilpres mendatang, partai Islam tetap akan diperhitungkan.
Mereka sedang membangun kembali basis suara PPP yang dulu sempat terpecah. Misalnya dengan Partai Bulan Bintang dan PKNU. "Kami juga berupaya mensinergikan gerakan partai dengan partai islam lainnya," kata Reni.
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Tjatur Sapto Edi, optimistis partai Islam akan semakin mendapat tempat. Berdasarkan pengalaman sejak reformasi, jika partai Islam bersatu, maka tidak sulit untuk meraih posisi puncak pemerintahan. "Syaratnya kompak dan satu tujuan," kata Tjatur.
IRA GUSLINA SUFA
Berita Populer:
Polisi Tetapkan 7 Tersangka Kasus Bullying Don Bosco
24 Jam Lebih, Petugas KPK Tertahan di Korlantas
Terdakwa Pembunuh Raafi Divonis Bebas
Dituntut 20 Tahun, Supir Xenia Maut Menangis
Warga Negara Amerika Ini Tak Bisa Masuk Negaranya