TEMPO.CO, Jakarta -BPS mencatat inflasi Jawa Barat pada Juli 2012 tembus 0,94 persen, lebih besar dari inflasi nasional yang hanya menembus 0,7 persen. ”Juli ini tercatat paling tinggi dalam setahun terakhir, barangkali berkaitan dengan bulan menghadapi Lebaran,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Barat Anggoro Dwitjahyono di kantornya, Rabu, 1 Agustus 2012.
Inflasi bulan ini tercatat paling tinggi dalam setahun terakhir. Lonjakan inflasi setahun terakhir tertinggi terjadi pada Januari 2012 lalu yakni 0,79 persen. Dengan inflasi yang dicatatkan Juli ini, maka inflasi Jawa Barat 2012 (year to date) men capai 2,48 persen dan inflasi dari tahun ke tahun selama 12 bulan terakhir atau year on year mencapai 4,38 persen.
BPS mencatat, inflasi untuk 7 kota di Jawa Barat, 6 diantaranya berada di atas angka inflasi nasional. Inflasi tertinggi di Kota Cirebon 1,81 persen, disusul Kota Bandung 1,07 persen, Kota Sukabumi 1,02 persen, Kota Depok 0,93 persen, Kota Tasikmalaya 0,88 persen, serta Kota Bekasi 0,83 persen. Hanya inflasi Kota Bogor yang berada di bawah inflasi nasional, yakni 0,54 persen.
Anggoro mengatakan, penyumbang inflasi tertinggi disumbangkan oleh kelompok bahan makanan yakni 2,62 persen disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,68 persen, dan sisanya di bawah itu. ”Dari segi indeks melaju paling tinggi yakni 158,45 persen, atau kenaikan harganya lebihd ari 58 persen dibandingkan acuan tahun dasar,” kata dia.
BPS mencatat, dari kelompok bahan makanan itu, daging ayam ras memberikan andil terbesar yakni 0,21 poin. Anggoro mengungkapkan, kenaikan harga daging ayam ras tembus 22,91 persen dibandingkan harga bulan sebelumnya. Disusul telur ayam ras yang menyumbangkan inflasi 0,12 poin dengan kenaikan rata-rata 13,25 persen dibandingkan sebulan sebelumnya. Beras pun menyumbang inflasi 0,12 poin.
Penyumbang inflasi lainnya di antaranya daging sapi, tahu mentah, gula pasir, bawang putih, jeruk, dan tarif uang sekolah. Sementara sejumlah barang dan jasa mengalami deflasi yakni bawang merah, cabe merah, bensi, sawi hijau, serta gas elpiji.
Anggoro mengatakan, BPS juga mengukur tingkat inflasi di pedesaan. Nilai inflasinya tercatat 0,98 persen. Sama seperti di perkotaan, kelompok bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar yakni 1,41 persen, didusul kelompok sandang 0,81 persen.
Ketua Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Jawa Barat yang juga Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Ferry Sofwan Arif mengatakan, inflasi di bulan Juli mendekati prediksi. ”Ini dipicu suasana munggahan (jelang Ramadhan),” kata dia saat dihubungi Tempo.
Menurut dia, ada sejumlah langkah yang dipersiapkan untuk menekan laju inflasi agar tidak melonjak terlalu tinggi. Diantaranya, dengan mengaktifkan pasar murah di semua daerah di Jawa Barat.
”Harapannya bisa menekan secara psikologi kepada para pedagang untuk menaikkan harga tidak terlalu tinggi,” kata Ferry. Langkah lainya, pemerintah provinsi juga akan menyiapkan Operasi Pasar Murah untuk 3 komoditas yakni beras, minyak goreng, dan gula pasir.
AHMAD FIKRI