TEMPO.CO , Seoul - Hujan deras dan topan yang menghantam Korea Utara meluluh lantakkan negeri itu. Kantor berita KCNA, Rabu, 1 Agustus 2012, melaporkan sebanyak 119 tewas, lebih dari 84,000 orang kehilangan tempat tinggal, dan 46,000 hektar tanaman ludes disapu banjir. "Banjir di wilayah timur dan barat negara pada 29-30 Juli membuat 31 orang tewas dan 16 hilang," kata KCNA.
Banyak pihak mengkhawatirkan hujan dan topan yang disusul banjir ini akan makin menyengsarakan rakyat Korea Utara. Saat ini, negara tersebut sudah didera kesulitan ekonomi dan minimnya pangan.
Padahal, negara ini belum lagi pulih dari hujan yang melanda awal Juli lalu. Pada saat ini sekitar 88 orang tewas dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.
Banjir menjadi langganan negara yersebut sejak pertengahan 1990-an. Selain itu, petir dan tanah longsor juga kerap menghantam negara tersebut. Ironisnya, kawasan yang paling sering mengalami musibah justru daerah sentral pertanian.
Korea Utara menjadi salah satu negara yang terisolasi karena paham komunisnya. Hal tersebut tidak berubah sejak pimpinan baru Kim Jong-un berkuasa tujuh bulan lalu. Laporan PBB menyebutkan 7.2 juta dari 24 juta penduduk Korea Utara masuk kategori “miskin kronis”. Sedangkan satu dari tiga kanak-kanan mengalami kekurangan gizi.
REUTERS | RAJU FEBRIAN