TEMPO.CO, Jakarta - Upaya para pecinta lingkungan dan penyelam untuk menenggelamkan bangkai paus jenis sperma di Pulau Kotok, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2012 mulai menampakkan hasil. "Separuh badan paus mulai tenggelam," ujar Ardiansyah alias Ade, seorang instruktur selam di Pulau Kotok yang terlibat dalam upaya penenggelaman itu, kepada Tempo, Rabu, 1 Agustus 2012.
Kepala Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu, Liliek Litasari, menegaskan bangkai paus itu harus segera ditenggelamkan agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. "Saat ini pun telah keluar cairan serupa minyak berbau busuk dari bangkai paus itu,” kata Liliek, Rabu, 1 Agustus 2012.
Sebelumnya, sperm whale atau paus sperma yang diperkirakan memiliki berat dua ton dengan panjang 11 meter lebih ini terdampar di Pantai Pakis, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 24 Juli 2012. Namun, paus berhasil diselamatkan oleh para relawan yang terdiri dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Tagana Karawang, dan SAR Segara. Malang maut menjemput. Mamalia laut itu ditemukan mati oleh nelayan dan masyarakat sekitar di Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Ahad petang, 29 Juli 2012. Selanjutnya, paus ini ditarik ke Pulau Kotok untuk ditenggelamkan.
Ade menjelaskan kepada Tempo bahwa upaya untuk menenggelamkan binatang sebesar satu ton lebih itu tidaklah mudah. Saat ini ada sekitar 20 orang yang terdiri dari Tim Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu, JAAN, masyarakat, dan nelayan setempat yang berusaha sekeras mungkin untuk menenggelamkan bangkai paus yang mulai mengeluarkan bau menyengat tersebut.
Cara yang paling praktis, kata Ade, adalah dengan menusuk perut dan badan paus dengan pipa besi agar supaya udara di dalamnya keluar. "Kalau udara di dalam tubuh paus sudah keluar dan badannya kemasukan air, paus ini mudah tenggelam," ujarnya.
Dia menambahkan, selain dengan cara menusuk tubuh paus dengan besi, binatang malang ini sudah diberi beban conblock seberat lima ton. "Kami sekarang sedang mengumpulkan conblock dari Pulau Pramuka karena jumlah yang sudah ada tidak memadai," jelasnya. Menurut Ade, teknik lainnya adalah dengan memanfaatkan alam. Caranya, paus dibiarkan membusuk atau dimakan biawak yang ada di sekitar Pulau Kotok. "Tapi cara seperti ini butuh waktu lama. Biawaknya pun sekarang tak berani mendekat ke paus karena ada banyak orang."
CHOIRUL
Berita Terpopuler:
Djoko Susilo ''Menghilang''
Begini Cara Robert Pattinson Lampiaskan Sakit Hati
Dilepas City, Mancini Pindah ke Klub Spanyol
Polisi Dinilai Hambat Tugas KPK
Pelapor Korupsi Simulator SIM Siap Buka-bukaan
Djoko Susilo Sudah Dicegah ke Luar Negeri
24 Jam Lebih, Petugas KPK Tertahan di Korlantas
Keluarga Tak Tahu Tibo Dicari-cari BEC Tero
La Nyalla Kecewa Pemain LSI Perkuat Timnas
Terdakwa Pembunuh Raafi Divonis Bebas