Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Human Right Watch: Myanmar Gagal Lindungi Rohingya  

image-gnews
Sejumlah warga Muslim Rohingya (Myanmar) yang berda di sebuah penampungan di Rudenim, Tanjungpinang, Riau. Foto: Rumbadi Dalle
Sejumlah warga Muslim Rohingya (Myanmar) yang berda di sebuah penampungan di Rudenim, Tanjungpinang, Riau. Foto: Rumbadi Dalle
Iklan

TEMPO.CO , Yangoon - Sebuah laporan baru oleh Human Rights Watch mengatakan militer Burma gagal melindungi masyarakatnya, baik muslim maupun Buddha, dalam bentrokan di bulan Juni, dan kemudian "menggelar kampanye kekerasan" dengan melakukan penangkapan massal terhadap muslim Rohingya.

Bentrokan etnis di negara bagian Rakhine, sebelumnya dikenal sebagai Arakan, telah mengakibatkan sekitar 80 orang tewas dari kedua pihak. Tapi kelompok HAM ini mengatakan angka resmi yang muncul "terlalu meremehkan".

Kelompok ini menuding ketika pasukan keamanan melakukan aksi, maka yang ditargetkan adalah minoritas Rohingya. Mereka dibunuh, diperkosa, dan ditahan.

Menteri Luar Negeri Maung Lwin Wunna mengecam orang-orang yang dituduhnya 'mempolitisasi' kerusuhan. "Myanmar sangat menolak tuduhan yang dibuat oleh beberapa kalangan, bahwa penggunaan sewenang-wenang dan kekuatan yang berlebihan dilakukan oleh pihak berwenang dalam menangani situasi," katanya.

Kekerasan itu telah membuat lebih dari 100 ribu orang mengungsi. Perhatian baru terfokus pada nasib sekitar 1 juta warga Rohingya yang tinggal di Myanmar tapi tidak diterima sebagai warga negara di sana atau di negara tetangganya, Bangladesh.

Presiden Myanmar Thein Sein mengatakan pemerintah hanya bertanggung jawab untuk generasi ketiga Rohingya yang keluarganya telah tiba sebelum kemerdekaan pada 1948 dan bahwa tidak mungkin untuk menerima mereka yang telah masuk secara ilegal ke Myanmar.

Thein Sein merekomendasikan badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, mengurus mereka di kamp-kamp atau memukimkan kembali mereka di negara ketiga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Human Rights Watch mengatakan pemukiman kembali kelompok ini akan menjadi bencana bagi penghormatan hak asasi manusia.

Wakil Direktur HRW Asia Phil Robertson mengatakan Myanmar harus menulis ulang hukum kewarganegaraan untuk memasukkan Rohingya dan menghitungnya pada sensus tahun 2014. "Ada kebutuhan mendesak sekarang untuk memastikan orang-orang menyadari bahwa untuk memahami demokrasi, hak asasi manusia, dan kehidupan multietnis akan membutuhkan rasa hormat terhadap semua kelompok etnis, semua agama, dan bahwa pemerintah Myanmar tidak dapat mengambil dan memilih siapa ingin disertakan dan dikecualikan dalam persatuan Myanmar," katanya.

Laporan HRW juga menuduh negara-negara barat menutup mata terhadap pelanggaran di negara bagian Rakhine, sementara meringankan sanksi dalam menanggapi reformasi hak asasi manusia.

Ia telah menyerukan reaksi internasional yang kuat terhadap kekejaman yang dilakukan selama kerusuhan berdarah bulan lalu. "Masyarakat internasional telah menyatakan keprihatinan tetapi belum benar-benar menanggapi dengan urgensi yang dibutuhkan," kata Robertson.

ANN | TRIP B

Terpopuler:
"Bayi Besar" Bermunculan di Amerika

Cina Larang Puasa bagi Pejabat dan Siswa Uighur

Kawanan Burung "Serang" Pesawat United Airlines

Jet Tempur Suriah Bombardir Aleppo

Komentar Romney Soal Jerusalem Tuai Kecaman

Tertangkap CCTV: Anjing Curian Dimasukkan Celana

Kemana Assad?

Hati-hati terhadap Cemburu Istri

325 Orang Tewas di Irak Sepanjang Juli

Malaysia Minta Puluhan Ribu PRT dari Indonesia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memegang foto konselor Myanmar Aung San Suu Kyi ketika menunggu hasil penghitungan suara pemilu Myanmar di markas partai di Yangon, Myanmar, 8 November 2020.[REUTERS]
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi


Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.


Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Seorang bocah Rohingya menangis di tengah antreatn saat berdesakan untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.


Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Suasana antrean pengungsi Rohingya untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.


Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Seorang anak pengungsi muslim Rohingya digendong ibunya saat berdesak-desakan untuk mendapatkan bantuan makanan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 21 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.


Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Sidang perdana tim pencari fakta PBB untuk Rohingya di Jenewa, 19 September 2017. Yuyun Wahyuningrum
Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.


Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Petugas mendata pengungsi Rohingya sebelum membagikan paket bantuan dari Indonesia di kamp pengungsian Thaingkali, Ukhiya, Bangladesh, 21 September 2017.  Bantuan kemanusiaan dari Indonesia telah sampai di Bangladesh dalam 8 kali pengiriman dengan pesawat
Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.


Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Penduduk desa Hindu berteduh di sebuah kuil di Myoma Ward Myhum Town, Myanmar. Hindu Youth Relief Group
Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.


Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Pesawat Myanmar yang hilang. Facebook/Commander in Chief Office
Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.


Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Sejumlah warga negara Amerika Serikat mengikuti parade ASEAN di Silang Monas, 27 Agustus 2017. TEMPO/Maria Fransisca
Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.