Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pekan ASI Sedunia, Pembatasan Susu Formula  

image-gnews
TEMPO/Andry Prasetyo
TEMPO/Andry Prasetyo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat dunia memperingati Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week) yang dipringati setiap tahun pada 1-7 Agustus. Pada peringatan yang ke-20 tahun ini, tema global yang diangkat adalah Understanding the Past, Planning for the Future. Bagaimanakah situasi pemberian ASI di Indonesia?

“Keadaannya belum cukup menggembirakan,” kata Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan, Minarto, saat seminar menyambut Pekan ASI Sedunia di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Matraman, Jakarta.

Pembicara lain dalam kegiatan tersebut antara lain dokter spesialis anak dari RSCM Rosalina Dewi Roeslani.

Menurut Minarto, salah satu penyebab masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif adalah hebatnya promosi yang dilakukan produsen susu formula. “Pemasaran susu formula belum tertib dan melibatkan petugas maupun institusi kesehatan,” kata Minarto.

Praktek produsen atau distributor yang bekerja sama dengan bidan atau rumah sakit dalam melakukan promosi susu formula selama ini adalah hal yang umum terjadi. Sepulangnya dari rumah sakit atau bidan, si ibu diberi tas dengan logo dan berisi susu dengan merek tertentu. Untuk itu baru-baru ini pemerintah telah membatasi aktivitas promosi susu formula melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif.

PP tersebut diundangkan pemerintah sejak Maret lalu melalui proses yang tidak mudah. Saat temu media untuk mensosialisasikan PP tersebut pada Juni lalu, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Slamet Riyadi Yuwono, bahkan mengatakan ada penentangan dari pihak produsen susu formula. “Prosesnya tidak mudah karena berhadapan dengan produsen susu formula yang sangat keras mencoba berbagai cara untuk mencegah lahirnya PP tentang ASI ini," kata Slamet saat itu.

Sejumlah larangan promosi susu formula diatur dalam peraturan pemerintah ini. Larangan itu antara lain produsen/distributor dilarang memberikan produk secara cuma-cuma, menawarkan produk langsung ke rumah-rumah, memberikan diskon atau bonus atas pembelian, menggunakan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang susu formula bayi, serta mengiklankan susu formula bayi, kecuali pada media cetak khusus tentang kesehatan dengan izin dari menteri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Slamet menegaskan, hadirnya PP ASI Eksklusif ini adalah untuk memberikan jaminan atas hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan pertama, kecuali atas indikasi medis. Selama masa itu, bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi makanan tambahan lain. “ASI adalah makanan terbaik yang dianugerahkan Tuhan. Bohong kalau ada produsen susu formula yang bilang produknya bisa menjadi pengganti ASI,” kata Slamet. 

Menurut dokter spesialis anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Rosalina Dewi Roeslani, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. ASI mampu menurunkan angka kematian pada bayi, menurunkan risiko terjadinya Otitis Media Akut (OMA), dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). “Pemberian ASI eksklusif juga meningkatkan kecerdasan bayi, menurunkan insidensi obesitas, dan sejumlah keunggulan lainnya,” kata Rosalina.

Pentingnya dukungan pemberian ASI eksklusif bagi bayi seakan menjadi nyata dengan situasi gizi balita di Indonesia. Berdasarkan data Bappenas tentang pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2010, cuma 31 persen bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif. Tak heran bila status gizi balita di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, terdapat 17,9 persen balita Indonesia yang mengalami gizi kurang; 35,6 persen balita pendek (stunting); serta 13,3 persen balita kurus; dan 14,2 persen balita menderita kegemukan.

AMIRULLAH

Berita Lain:
Kurangnya Edukasi Mengurangi Produksi ASI
Binatang Peliharaan Bantu Anak Autis Berkomunikasi
Stres Ringan Meningkatkan Risiko Kematian
Kue Sus Ini Rasa Es Krim Kecap

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

13 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.