Paria Kambu dan Lawa

Sayur khas Makassar, Paria Kambu. TEMPO/Irmawati
Sayur khas Makassar, Paria Kambu. TEMPO/Irmawati

TEMPO.CO , Makassar: Terkadang, saat bulan puasa seperti sekarang ini, kita kurang berselera untuk makan. Apalagi dengan menu yang itu-itu saja. Untuk membangkitkan selera makan, hidangan paria kambu atau pare berisi bisa menjadi pilihan menu berbuka puasa dan sahur. Masakan khas Bugis-Makassar ini pastinya akan membuat Anda makin berselera makan.

Paria atau pare dikenal sebagai buah yang khas dengan rasa pahitnya. Namun, di tangan orang Bugis-Makassar, paria dibuat menjadi sayur dengan rasa gurih. Melihat penampilan dan mencium sedikit aroma masakan ini sudah dapat mengundang selera untuk segera mencicipinya.

Tertarik untuk mencoba? Masakan ini dapat dengan mudah kita temukan di Pasar Jajanan Kuliner Ramadan yang tersebar di sejumlah titik di Makassar. Umumnya, paria kambu dijual dengan harga Rp 10.000 dan pembeli sudah bisa mendapatkan 3-4 potongan paria yang bisa dinikmati sebagai hidangan santap malam selepas buka puasa.

Paria kambu termasuk jajanan kuliner yang laris di saat Ramadan. Rohana, 39 tahun, pedagang jajanan kuliner di Jalan Mappanyukki, mengatakan paria kambu ini yang paling laris dari semua jajanan yang ia jual. “Paria kambu menjadi sayur paling laris di sini, biasanya sebelum Asar sudah habis, bahkan masih ada yang cari.”

Rohana menjelaskan, paria kambu, selain unggul dengan rasanya yang sedikit pahit dan janah (gurih), bermanfaat bagi kesehatan, di mana buah pare berkhasiat untuk mengobati cacingan, menambah nafsu makan, dan kaya dengan zat besi yang merupakan kandungan dari ikan teri.

Selain paria kambu, menu lain yang dapat menggugah selera adalah lawa, makanan khas daerah Luwu. Dalam bahasa setempat, lawa berarti dihancurkan hingga remuk secara tradisional. Dalam tampilannya saat disajikan, bahan-bahan masakan ini kelihatan hancur sehingga kita tidak perlu repot-repot lama mengunyahnya.

Lawa merupakan masakan yang berbahan dasar jantung pisang dan ikan. Dijamin, menu ini akan memberikan cita rasa yang berbeda buat lidah kita. “Terasa segar, ringan, dan tidak membebani perut,” kata Dian, salah seorang pembeli di Pasar Segar. Harga yang ditawarkan bervariasi, yakni Rp 5.000-Rp 10.000 per bungkus.

Lawa ini bisa menjadi lauk sekaligus sayur yang bisa dimakan dengan nasi putih. Tetapi orang Luwu dan Palopo biasa memakannya dengan dange atau ruji. Dange terbuat dari sagu, yang disebut tabaro di Luwu dan Palopo.

RASDIYANAH | IRMAWATI