Tahu Jeletot, Kedelai, dan Ramadan  

Pembeli memilih aneka menu berbuka puasa dan jajanan khas Ramadan di Pasar Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta, (11/8).  TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Pembeli memilih aneka menu berbuka puasa dan jajanan khas Ramadan di Pasar Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta, (11/8). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Genap sepuluh kali Ramadan berlangsung, jajanan tahu jeletot ikut dalam Bazar Ramadan yang diselenggarakan di depan Pasar Bendungan Hilir, Jakarta. Berdagang selama bulan puasa di kawasan ini dinilai lebih menguntungkan karena pengunjung tidak berhenti datang.

Ujang, salah seorang pegawai tahu jeletot, senang melihat keramaian itu. Dengan banyaknya pengunjung, kemungkinan dagangannya untuk laku dan meraup untung semakin besar.

Namun tidak pada tahun ini. Diterpa isu langkanya kedelai di pasaran, tahu jeletot dan tempe mendoan yang menjadi andalan dagangannya pun tidak terlalu diminati pada Ramadan kali ini. Pasalnya, harga tahu jeletot dan tempe mendoan dibanderol terlalu mahal, sehingga mengurangi peminat untuk membeli penganan dengan bahan dasar kedelai itu.

Tahun lalu, tahu dan tempe dijual Rp 5.000 per tiga biji. Namun, saat ini, Ujang menjualnya dengan harga Rp 2.000 untuk satu tahu. Makanan lainnya seperti lumpia dijual lebih mahal lagi, yaitu Rp 10 ribu untuk tiga lumpia. Ada pula tahu petis yang dijual dengan harga sama dengan tahu jeletot.

Karena melihat peminatnya berkurang, Ujang pun enggan membawa banyak stok. Tahu jeletot isi kol, wortel, dan cabai giling yang biasanya bisa membawa 600 biji, kali ini hanya membawa setengah dari tahun lalu. Itu pun tidak laku semua. “Paling banyak terjual 100 biji per hari,” kata Ujang kepada Tempo, Kamis, 2 Agustus 2012.

Begitu pula dengan penjualan tempe mendoan. Ujang yang asli Bandung ini biasa membawa 100 pak tempe. Satu paknya berisi lima tempe yang sudah dipotong segi empat. Tahun sebelumnya, tempe bisa laku terjual 40 sampai 45 pak. Namun tidak untuk puasa kali ini. “Lima belas pak saja udah syukur,” katanya.

Sama halnya dengan jajanan lainnya. Ujang yang hanya 64 biji tahu petis hanya laku setengahnya. Sedangkan untuk lumpia hanya laku 25 biji dari total 40 biji yang dibawa Ujang.

Dia pun ingin masa-masa seperti ini segera berakhir. Dengan itu, dagangannya pun bisa kembali normal dan, katanya, “Bisa habis semua.”

SUTJI DECILYA

Berita lain:
Operator Seluler Siap Sambut Lebaran

Perbaikan Jalur Alternatif Cikamurang Dikebut

Permintaan Parsel Meningkat 40 Persen

Tebar Sembako Justru Menambah Jumlah Orang Miskin

Organda Kalbar Siapkan 78 Angkutan untuk TKI