TEMPO.CO, New York - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa akhirnya mengeluarkan resolusi untuk pertama kalinya mengenai konflik berdarah di Suriah pada Jumat, 3 Agustus 2012, waktu setempat. Berbeda dari biasanya, resolusi ini dirilis Majelis Umum PBB, bukan Dewan Keamanan.
Resolusi yang didukung 133 negara dari total 193 negara tersebut menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Bashar al-Assad bersalah atas penggunaan senjata berat dalam konflik berdarah selama 18 bulan terakhir. Resolusi yang diusung Arab Saudi ini juga menyatakan kekhawatiran akan ancaman senjata biologis dan kimia milik pemerintah Assad.
Resolusi ini secara mengejutkan juga terang-terangan menyatakan kekecewaan terhadap Dewan Keamanan PBB karena dianggap gagal menyepakati aturan bersama agar pemerintah Suriah mematuhi gencatan senjata, usulan Utusan Khusus Kofi Annan.
Soal ini sebenarnya telah disinggung Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Sebelum voting Majelis Umum dimulai, Ban mendesak negara-negara besar mengatasi perbedaan sikap guna menghentikan konflik Suriah. Ban menilai Dewan Keamanan PBB “lumpuh” akibat perbedaan sikap mengenai Suriah.
"Sekarang, dengan situasi yang kian memburuk, mereka harus kembali menemukan pijakan yang sama," kata Ban. Dia juga mengingatkan bahwa kepentingan rakyat Suriah harus lebih diutamakan dari setiap perbedaan sikap.
Meski resolusi itu tidak mengikat, beberapa diplomat Barat menegaskan bahwa resolusi ini memberi pesan penting bagi Rusia dan Cina. “Hasil voting ini mempermalukan Rusia dan Cina sebagai pendukung Suriah,” ujar seorang diplomat PBB. Sebagai sekutu Assad, Rusia dan Cina telah tiga kali memveto resolusi Dewan Keamanan yang memberi sanksi tegas terhadap Damaskus.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Susan Rice, bahkan menegaskan bahwa resolusi ini menunjukkan kedua negara anggota Dewan Keamanan PBB itu terasing dalam soal konflik Suriah. “Mayoritas negara anggota PBB telah menunjukkan keberpihakan kepada rakyat Suriah,” tutur Rice.
Seperti yang diduga, Rusia dan Cina menentang keras resolusi baru itu. “Resolusi ini menyembunyikan dukungan terhadap pemberontak bersenjata Suriah,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin.
Adapun Cina menyatakan sikap mereka justru bentuk dukungan agar rakyat Suriah dapat menentukan sendiri keputusannya. “Jangan sampai kita menutup ruang diplomasi politik dan terburu-buru melakukan intervensi militer yang justru membahayakan nasib rakyat Suriah,” ucap Wakil Kepala Urusan Asia Barat dan Afrika Utara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Kejian, di Beijing, kemarin.
REUTERS | THE NATIONAL | WASHINGTON POST | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita Terpopuler:
Kicauan Luna Maya Soal Foto Mirip Dirinya
Macaulay Culkin Hidupnya Tinggal 6 Bulan?
Dituding Sebarkan Foto Luna Maya Mabuk, Tyas Kaget
Pintu KPK Digembok, Pengamanan Siaga
Djoko Susilo Dinonaktifkan Sebagai Gubernur Akpol
KPK: Langkah Polisi Persulit Kami
Rhoma Akan Dikawal Soneta Fans Club ke Panwas
Polri Bantah Rebut Barang Bukti Simulator SIM
Mustahilnya Berpuasa bagi Warga Muslim Uighur
Perenang Keturunan Jawa, Idola Baru Belanda