Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekarang Bisa Mengobati Kanker Payudara Sendiri

image-gnews
Kanker payudara
Kanker payudara
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengobatan kanker payudara memasuki babak baru. Pasien bisa menyuntikkan sendiri obat ke bawah kulit laiknya pengidap diabetes mellitus.

Rasa haru menyelimuti hati Nulida, bukan nama sebenarnya. Sebab, penderita kanker payudara stadium dini dengan status HER2 positif ini terpilih menjadi pasien pertama peserta penelitian SafeHER di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta. Ia berharap pengobatan trastuzumab yang akan dijalaninya membantu untuk mengenyahkan sel-sel kanker yang tumbuh di payudaranya.

“Saya terharu dan menangis saat mendengar kabar dari dokter bahwa saya bisa mengikuti penelitian SafeHER,” kata Nulida kepada dr Kartika Widayati, peneliti SafeHER di RS Sardjito.

Pengakuan itu disampaikan Nulida kepada Kartika berkaitan dengan Peluncuran Penelitian Global SafeHER di Indonesia, di Yogyakarta. Penelitian ini, kata Nulida, “Memberikan saya kesempatan untuk melawan kanker payudara dan memberi harapan untuk bertahan hidup."

Yang lebih menggembirakan Nulida, terapi trastuzumab tidak lagi diberikan dengan metode infus yang bisa memakan waktu setengah jam, bahkan lebih. Kini, terapi diberikan dengan metode injeksi di bawah kulit (subkutan) dan prosesnya hanya butuh waktu lima menit sehingga terasa lebih nyaman.

Nulida terpilih karena memenuhi sejumlah persyaratan. Selain tak merasa terpaksa untuk bergabung, kondisi fisiknya juga bagus. “Penelitian di RS Sardjito mulai Juli 2012-Juli 2013 dengan 10 pasien,” kata dr Kartika saat peluncuran penelitian SafeHER. Salah satu pasiennya, Nulida.

Dengan perubahan cara pemberian obat yang lebih sederhana, Arya Wibitomo, Head of Medical Management PT Roche Indonesia, perusahaan yang menaungi penelitian SafeHER, menambahkan pasien diharapkan bisa menyuntikkan sendiri obat tersebut. “Seperti pemberian insulin pada pasien diabetes mellitus,” kata dia pada kesempatan yang sama.

HER2 (human epidermal growth factor receptor-2) adalah suatu protein yang diproduksi oleh gen tertentu yang potensial menyebabkan kanker. Zat ini berperan sebagai antena yang memberikan sinyal untuk berkembangnya sel kanker. Nah, penelitian SafeHER bertujuan untuk mengetahui profil keamanan secara menyeluruh penggunaan trastuzumab sebagai obat kanker payudara tipe HER2 positif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penelitian ini merupakan studi klinis fase III yang akan melibatkan 2.500 pasien di seluruh dunia di sekitar 300 pusat pelayanan kanker di 40 negara. Jangka waktu penelitian diperkirakan berlangsung lima tahun. Di Indonesia, penelitian melibatkan lima rumah sakit pendidikan, yakni RSUP DR Sardjito (Yogyakarta), RSUP Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Hasan Sadikin (Bandung), dan RS Dr Soetomo (Surabaya), dengan target 60 pasien.

“Dulu, kanker payudara umumnya diderita masyarakat di negara maju. Kini, justru di negara berkembang lebih banyak penderitanya,” kata dr Johan Kurnianda, peneliti utama SafeHER dari RS Sardjito. Umur penderita kanker di Indonesia, ia menambahkan, cenderung muda, yakni antara umur 40-50 tahun, sehingga punya kecenderungan berkembang lebih ganas. Khusus mengenai kanker payudara HER2 positif, kata dia, “Kanker ini lebih cepat resisten terhadap obat standar penanganan kanker, yakni radiasi maupun kemoterapi.”

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 8-9 persen perempuan akan mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Itu sebabnya, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada perempuan dan merupakan kanker tersering nomor dua di dunia.

Saban tahun, lebih dari 580.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosis di berbagai negara berkembang, dan sekitar 372.000 pasien meninggal karenanya. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50 persen pasien mengalami kanker payudara metastatik (sudah menyebar) dan hanya bertahan hidup 18-30 bulan setelah terdiagnosa. Diperkirakan, sebanyak 20-30 persen pasien kanker payudara memiliki HER2 positif.

Hingga kini, penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Namun, riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat mendongkrak risiko munculnya penyakit ini. Faktor-faktor itu, antara lain, riwayat keluarga yang memiliki penyakit serupa, usia yang makin bertambah, tidak memiliki anak, dan mendapatkan kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun.

DWI WIYANA | MUH. SYAIFULLAH

Berita Lain:
Jeda Kemoterapi Bisa Sebabkan Resistensi
Daun Jambu Tak Menghentikan Diare
Jeda Kemoterapi Bisa Sebabkan Resistensi
Cara Inisiasi Menyusui Dini yang Benar
Apa Manfaat ASI Eksklusif?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.


Kapan Puncak Massa Tulang dan Waktu yang Tepat Mencegah Osteoporosis

23 Oktober 2021

Ilustrasi pria memeriksa tulang. Shutterstock
Kapan Puncak Massa Tulang dan Waktu yang Tepat Mencegah Osteoporosis

Ketahui periode terbaik memumpuk "bekal" menjelang massa tulang puncak, fase kondisi tulang terbaik, dan penurunannya untuk mencegah osteoporosis.