TEMPO.CO, Jakarta - Ekonomi Indonesia yang masih tumbuh memberikan rasa percaya diri bagi para investor untuk tetap berinvestasi di pasar finansial domestik. Meskipun berita positif ini belum mampu mendorong rupiah menjauh dari level 9.500 per dolar Amerika Serikat (AS).
Tumbuhnya ekonomi domestik sebenarnya menggambarkan kualitas mata uangnya, namun para pemodal juga melihat pergerakan bursa sahamnya. Karena indeks sahamnya fluktuatif, maka rupiah belum mampu menguat lebih jauh. Dari sisi fundamental, rupiah masih cukup bagus. Namun, karena kurangnya pasokan dolar AS di pasar, membuat apresiasi mata uang lokal agak terhambat.
Di transaksi pasar uang hari ini, Selasa, 7 Agustus 2012, nilai tukar rupiah ditutup melemah 3 poin (0,03 persen) ke level 9.472 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, menjelaskan, pergerakan rupiah dalam beberapa pekan terakhir cukup stabil di kisaran 9.450 hingga 9.500 per dolar AS. Masih adanya kekhawatiran para pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi global akibat krisis utang Eropa dan harapan stimulus dari bank sentral utama dunia membuat euro bergerak cukup tajam. “Namun, rupiah ditransaksikan cukup stabil di pasar,” tuturnya.
Belum adanya permintaan investasi dalam mata uang rupiah serta masih tingginya kebutuhan dolar AS di pasar menjelang libur panjang hari raya Lebaran membuat rupiah masih tersandera di kisaran 9.500 per dolar AS.
Euro berhasil menguat hingga ke US$ 1,24 karena ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melakukan kembali pembelian obligasi di pasar sehingga imbal hasil surat utang Spanyol dan Italia turun. Ini sebenarnya mendukung rupiah karena tekanan dolar AS terhadap rupiah juga mereda.
VIVA B. KUSNANDAR