TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk memperkuat kerja sama bilateral di sektor infrastruktur. Menteri Perindustrian Mohamad Sulaeman Hidayat mengatakan, kerja sama bilateral ini merupakan kesepakatan di sektor infrastruktur yang menjadi bagian dari perindustrian.
“MoU ini khusus untuk membangun infrastruktur di bidang-bidang yang (Kementerian) Perindustrian menanganinya,” ujar Menteri Hidayat seusai penandatanganan nota kesepahaman di Kementerian Perindustrian, Rabu, 8 Agustus 2012.
Menurut Menteri Hidayat, kesepakatan tersebut merupakan bagian dari program percepatan ekonomi pemerintah melalui MP3EI. “Karena Perindustrian memegang 13 dari 22 program MP3EI dari pemerintah,” katanya. Untuk itu, kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapan infrastruktur industri di Indonesia.
Sebagai tahap awal kerja sama tersebut, Menteri Hidayat mengatakan, perusahaan kimia Amerika Serikat, Celanes, sudah menyepakati kerja sama dengan Pertamina. Celanes akan membuat pabrik pengolahan batu bara di Indonesia dengan nilai US$ 2 miliar.
Di bidang infrastruktur, Menteri Hidayat mengatakan, pembangunannya akan difokuskan di luar Pulau Jawa. Saat ini, kata dia, perusahaan alat berat Amerika, Caterpillar, sudah bersiap melakukan ekspansi usahanya di Indonesia dengan nilai kira-kira Rp 1 triliun. “Kerja sama ini bisa meningkatkan infrastruktur di kawasan industri,” katanya.
Sejumlah kerja sama ini ditargetkan bisa mendorong nilai investasi hingga US$ 5 miliar sampai dua tahun ke depan. Dengan pertumbuhan ekonomi Amerika sebesar 2 persen, Hidayat berharap, kesepakatan tersebut mampu meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke negara tersebut.
Sementara Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel, mengatakan, Amerika saat ini merupakan negara yang menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia. Ia yakin kerja sama ini mampu meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan lapangan kerja di Indonesia.
“Dan semakin (perekonomian Indonesia) tumbuh, Indonesia juga akan membutuhkan investasi dari orang Indonesia sendiri maupun investor asing,” katanya.
Scott juga mengatakan banyak perusahaan Amerika yang tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Selain itu, dengan adanya kesepakatan ini, dia juga mengundang investor Indonesia untuk melakukan investasinya di Amerika. “Untuk melanjutkan keberhasilan dan kesuksesan Indonesia, jadi MoU ini akan mendorong kesempatan bisnis yang lebih banyak,” ujar Scott.
Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat bidang Ekonomi dan Bisnis Jose Fernandez menyambut baik kerja sama tersebut. Menurut Fernandez, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat baik serta mampu menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. “Dan kami siap menjadi mitra dalam pertumbuhan dan pembangunan tersebut."
Adapun Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana mengungkapkan, perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang ada di Indonesia sudah menyatakan komitmennya untuk melakukan ekspansi. Nota kesepahaman ini diharapkan mampu menambah minat perusahaan-perusahaan Amerika lainnya untuk berinvestasi di Indonesia. “Karena memang pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang bagus.”
Saat ini, sudah banyak perusahaan-perusahaan Amerika yang menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. “Mereka sudah mulai bertanya-tanya soal peluang usaha hingga kelayakan usahanya, dan kita harus layani mereka agar bisa berkomunikasi lebih intens,” ujarnya.
DIMAS SIREGAR