TEMPO.CO, Manila - Banjir meluas yang menyebabkan sedikitnya 11 orang meninggal, lebih dari sejuta orang babak belur, dan melumpuhkan ibu kota Filipina, mulai mereda, Rabu, 8 Agustus 2012. Sekarang ini, upaya penyelamatan difokuskan pada korban banjir, dan sejumlah orang masih terjebak di atap rumah mereka.
Prediksi pemerintah menyebutkan, musim hujan yang menyebabkan meluapnya bendungan besar dan sungai di Manila serta meredam beberapa wilayah ibu kota akan mereda dan cuaca kembali cerah pada Kamis besok, 9 Agustus 2012.
Banjir yang terjadi kali ini merupakan yang terburuk sejak tahun 2009. Ketika itu, ratusan orang meninggal akibat amukan banjir bandang.
"Kami masih dalam upaya penyelamatan," kata Benito Ramos, Ketua Badan Mitigasi Bencana dan Musibah Filipina. "Banjir di beberapa wilayah mulai surut, tapi orang-orang masih terjebak di atap rumah mereka."
Ramos mengatakan banjir yang terjadi ternyata merendam lebih dari setengah wilayah Manila pada Senin sore, 6 Agustus 2012 hingga Selasa, 7 Agustus 2012. Sebelas orang meninggal, termasuk sembilan orang yang tertimbun tanah longsor di pinggiran Manila, Wuezon City, dan sektar 1,2 juta orang terkena dampaknya. Sebanyak 783 ribu terpaksa mengungsi sejak Minggu malam, 5 Agustus 2012.
Upaya penyelamatan bergeser ke tempat yang lebih tinggi, Rabu, 8 Agustus 2012. Lebih dari 130 kru darurat dari provinsi dan pusat diterjunkan untuk membantu 1,2 juta orang yang merasakan dampak banjir. Polisi dan pasukan militer tergabung dalam kru tersebut.
AP | RINA WIDIASTUTI
Berita populer:
Saudi: Myanmar Lakukan Pembersihan Etnis Muslim
Pria Penyerang Kuil Sikh Bekas Serdadu Rasis
Iran Janji Tak Akan "Tinggalkan" Suriah
Masjid di Missouri Terbakar, FBI Turun Tangan
Alasan Hijab Membelot Demi Berkah Revolusi Suriah
Serangan Mematikan di Gereja Nigeria, 15 Tewas
AS: Rezim Suriah Tinggal Menghitung Hari
Banjir Melanda Manila
Ledakan Bom di Afganistan, 9 Tewas