TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 5,75 persen. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5 ± 1 persen. "Masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali," kata Kepala Departemen Perencanaan dan Hubungan Masyarakat BI Dody Budi Waluyo di Bank Indonesia, Kamis, 9 Agustus 2012.
Dody menjelaskan, tekanan inflasi masih terkendali meskipun sedikit meningkat lantaran didorong oleh faktor musiman dan gejolak harga pangan. BI mencatat inflasi IHK pada Juli 2012 tercatat 0,70 persen (month to month) atau 4,56 persen (year on year). Adapun inflasi inti pada Juli 2012 berada pada level 4,28 persen. Inflasi administered price juga tercatat minimal, seiring dengan tidak adanya kebijakan pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis.
Di sisi eksternal, BI masih mewaspadai meningkatnya defisit transaksi berjalan akibat masih lemahnya ekspor dan tingginya impor. "Sehubungan dengan itu, BI terus memperkuat langkah-langkah kebijakan untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal agar defisit transaksi berjalan kembali ke tingkat yang sustainable," ujar Dody.
BI akan menjaga stabilitas rupiah sesuai kondisi fundamental untuk mendukung penyesuaian keseimbangan eksternal. Sejauh ini, Dody menilai rupiah dan valas belum pada kecenderungan memburuk. "Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak berubah besar, Rp 9.400-9.433," ujarnya.
BI memprediksi defisit transaksi berjalan bakal berkurang pada semester kedua 2012. Sebelumnya, pada kuartal pertama 2012, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 2,9 miliar (-1,3 persen terhadap PDB). Sebelumnya, pada kuartal terakhir 2011, defisit mencapai US$ 1,6 miliar (-0,7 persen terhadap PDB).
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia, dijelaskan Dody, masih tetap kuat di tengah pelambatan ekonomi dan ketidakpastian keuangan global. "Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 mencapai 6,4 persen, ditopang oleh konsumsi dan investasi yang tinggi," ujar Dody. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 6,1-6,5 persen tahun 2012 dan akselerasi pada kisaran 6,3-6,7 persen tahun 2013.
Kinerja industri perbankan, dijelaskan Dody, juga semakin kuat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit yang mencapai 25,8 persen (year on year) pada enam bulan pertama 2012. Kredit investasi tumbuh paling tinggi, yakni 29,1 persen (year on year), kredit modal kerja tumbuh 28,2 persen (year on year), dan kredit konsumsi tumbuh 19,6 persen (year on year).
Ke depan, Dody menjelaskan, respons kebijakan suku bunga BI Rate tetap diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi. "Bank Indonesia akan melanjutkan penguatan operasi moneter dan kebijakan makro prudensial, termasuk dengan menjaga kecukupan likuiditas dan mendorong pendalaman pasar keuangan. Di samping itu, koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah juga terus diperkuat dalam rangka menjaga kestabilan ekonomi makro," ujarnya.
MARTHA THERTINA