TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas peralatan listrik yang kurang baik sering menjadi salah satu pemicu kebakaran. Kepala Divisi Niaga PT PLN (Persero) Benny Marbun mencontohkan, penggunaan kabel listrik serabut yang mudah putus bisa menjadi penyebab kebakaran.
"Karena sering digerakkan, kabel di dalamnya putus. Akhirnya timbul kontak tidak sempurna, dan karena panas, isolasinya meleleh," kata Benny dalam Sosialisasi Simulasi Arus Pendek Listrik di Jakarta, Kamis, 9 Agustus 2012.
Benny menjelaskan, kabel yang berkualitas seharusnya masif dan tunggal. Namun kabel serabut dimanfaatkan karena fleksibel dan mudah digerakkan.
Kabel yang putus di dalam sering kali tak disadari karena lapisan isolasi masih bagus. Namun tanda-tandanya sebenarnya bisa dilihat orang awam. "Kalau ada alat listrik yang tidak nyala, tapi setelah kabel digoyang-goyang bisa nyala lagi, itu kemungkinan kabel putus di dalam. Harus waspada," kata Benny.
Deputi Manajer Komunikasi PLN distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, Irwan Darwin, mengatakan, masyarakat harus tertib listrik, termasuk dalam penggunaan alat listrik. Irwan mengimbau masyarakat agar menggunakan alat listrik berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Lembaga Masalah Kelistrikan (LMK).
Irwan mengatakan, saat ini, resistensi masyarakat gunakan kabel SNI masih tinggi, baik karena masalah harga yang lebih mahal maupun karena penyebab lain. Padahal, penggunaan alat listrik yang memenuhi standar adalah salah satu syarat keamanan.
Selain label standar, masyarakat juga harus menyesuaikan kabel dengan kebutuhan listrik. Saat ini, menurut Irwan, PLN juga telah melakukan kampanye Tertib Listrik.
Kriteria tertib listrik ini mencakup tiga hal, yaitu
1. tidak ada cantolan listrik liar untuk keperluan apa pun, jika membutuhkan listrik, dapat mendaftar ke PLN dan dilayani dengan Listrik Pintar;
2. tidak mengutak-atik alat pembatas dan pengaman listrik yang telah disediakan PLN; dan
3. membayar tagihan listrik tepat waktu.
Irwan mengatakan, tahun ini, sudah ada 23 kampung di 20 wilayah layanan PLN Disjaya yang sudah tertib listrik. "Ini mungkin masih kecil, tapi ini langkah awal," kata Irwan.
Untuk mencegah kebakaran yang disebabkan arus pendek, Irwan mengatakan, telah melakukan pemeliharaan gardu. Hingga Mei 2012, sudah ada 5.000 gardu di Jakarta dan Tangerang yang dibenahi. Selain perawatan, PLN juga melakukan pecah beban saat jaringan sudah kelebihan beban.
Sejak awal 2012, sudah terjadi lebih dari 500 kasus kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Sekitar 60 persen dari kasus tersebut disebabkan oleh gangguan listrik.
BERNADETTE CHRISTINA