TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Ekonomi Raharja Tbk, anak usaha HSBC Group asal Inggris, membukukan kenaikan penyaluran kredit sebesar 20 persen di semester I 2012 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Direktur Kredit dan Risiko Operasi Bank Ekonomi, Endy Abdurrahman mengatakan pada semester I 2012 penyaluran kredit perseroan cukup memuaskan.
"Laporan semester I bagus. Penyaluran kredit naik 20 persen dibanding tahun lalu," ujar Endy di kantor Bank Ekonomi, Jakarta, Jumat, 10 Agustus 2012.
Endy mengatakan perseroan menargetkan kenaikan penyaluran kredit sebesar 35 persen hingga akhir 2012 dibandingkan 2011.
"Kami berharap angka penyaluran kredit meningkat lagi 15 persen di semester kedua," ujar Endy menuturkan.
Penopang kenaikan penyaluran kredit di antaranya disumbang kredit investasi. Ia mengatakan, pada semester I kredit investasi berkontribusi 80 persen dari total penyaluran kredit. Mayoritas atau 60-65 persen kredit investasi itu untuk segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Meski demikian, kata dia, angka kredit macet (non performing loan) perseroan cukup kecil yakni hanya 0,34 persen di Juni 2012.
"Angka non performing loan kami terus turun. Sebelum turun ke angka 0,34 persen, sempat juga menyentuh kisaran angka 0,5-0,7 persen," paparnya.
Menurut dia, pada semester I 2012 rasio loan to deposit ratio (LDR)perseroan sebesar 82 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan ketika baru diakuisisi oleh HSBS sebesar 38 persen. Dengan catatan ini membuat rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perseroan mendekati angka 70 persen.
Sedangkan rasio kecukupan modal perseroan hingga bulan Juni 2012 sebesar 15 persen. Namun, kata Endy, rasio kecukupan modal (CAR) tersebut kemungkinan akan tersedot cukup banyak di semester II karena Bank Ekonomi akan melakukan investasi cukup besar. Adapun investasi itu meliputi ekspansi cabang ke sejumlah daerah daerah yang belum mereka sentuh sebelumnya.
"Tapi kami akan tetap menjaga rasio kecukupan modal kami di level yang sustainable. Kalau mengacu pada standar Bank Indonesia, tidak boleh sampai di bawah 12 persen," ujar Endy menegaskan.
ISTMAN MP