TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menyatakan PT Adhi Karya Tbk akan menggarap pembangunan monorel di Jakarta. Proyek bernama Jakarta Link Transportation ini akan digarap setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Kami akan meminta izin ke Pemprov DKI Jakarta," katanya di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Kamis, 9 Agustus 2012.
Ia yakin jika proyek dikerjakan oleh Adhi Karya, pembangunan monorel bisa tuntas dalam waktu dua tahun. Proyek ini diperkirakan dengan menelan investasi hingga Rp 3,73 triliun, dengan jangka waktu pengerjaan selama dua tahun enam bulan. Ditargetkan proyek monorel sepanjang 13 kilometer tersebut mulai beroperasi pada 2015.
Dahlan menjamin proyek tidak akan terbengkalai. Biaya pengerjaan proyek akan ditanggung oleh badan usaha milik negara.
Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk, Amrozi Hamidi, mengatakan perseroan siap menggarap proyek monorel. "Proposalnya sudah kami buat, tinggal menunggu persetujuan dari pemprov (DKI Jakarta)," katanya kemarin.
Jika izin dari Pemprov DKI sudah terbit, proyek bisa segera dikerjakan. Ia berharap pembangunan dimulai paling lambat tahun depan. Amrozi yakin izin akan segera diterbitkan oleh pemerintah DKI. "Apalagi sudah ada rekomendasi dari Menteri BUMN juga," katanya.
Proyek dikerjakan oleh konsorsium tiga BUMN. Selain Adhi Karya, dua lainnya adalah PT Inka dan PT LEN. "Adhi akan menggarap infrastruktur, Inka mengerjakan rolling station, dan LEN menangani masalah sistem persinyalan hingga tiket," kata Amrozi.
Untuk pembiayaan, sekitar 30 persen dana akan berasal dari kas internal masing-masing anggota konsorsium. Sisanya, 70 persen, akan menggunakan pinjaman bank.
Pembangunan proyek monorel sudah direncanakan sejak lama. Diresmikan oleh Presiden Megawati pada Juni 2004, kereta layang ini menghubungkan dua lini Kota Jakarta.
Trayek pertama, yang dijuluki Jalur Hijau, menempuh jarak melingkar 14 kilometer, meliputi kawasan Rasuna Said-Gatot Subroto-Sudirman-Senayan-Pejompongan. Sedangkan rute kedua, yang disebut Jalur Biru, melewati Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy. Setiap jamnya, kereta ringan ini bisa mengangkut 3.500 orang dengan tarif Rp 7.000.
Sayang tak sampai tiga tahun berjalan, proyek ini mati suri. Penyebabnya, PT Jakarta Monorail selaku inisiator sekaligus pengembang gagal menggaet pemodal. Setelah kadung membangun tiang trayek Jalur Hijau, konsorsium yang terdiri atas PT Indonesia Transit Central (ITC), PT Adhi Karya, dan Omnico ini terlilit utang.
Adhi Karya memiliki 7,5 persen saham di PT Jakarta Monorail. Karena proyeknya berhenti dan dana investor tidak bisa dicairkan, perseroan memilih hengkang dari proyek tersebut. Menurut Amrozi, perseroan berencana menarik sisa sahamnya senilai Rp 130 miliar yang masih mengendap di PT Jakarta Monorail.
Proyek monorel akan melintasi 16 stasiun, mulai Tanah Abang, Grand Indonesia, Dukuh Atas, Four Season Kuningan, berputar ke SCBD melewati Jalan Satrio, Bendungan Hilir, Istora, hingga Senayan. Proyek ini akan dikoneksikan dengan kereta cepat mass rapid transit (MRT) dan commuter line di Dukuh Atas. Jalur kereta juga terhubung dengan Transjakarta.
ANGGA SUKMA | DIMAS SIREGAR | DEWI RINA
Berita Terpopuler:
Gubernur Fauzi Bowo Bungkam Soal Video di Youtube
Rhoma Irama, Kanan-Kiri Kena Jerat Hukum
Mahfud MD: Koruptor Hidupnya Panas
Ahmad Yani: Bambang Widjajanto Jangan Seperti Preman
Wawancara Tempo dengan Hartati Murdaya
Kunjungi Korban Kebakaran, Fauzi Sindir Jokowi
Demokrat: Rhoma Irama Tak Bersalah
Ini Alasan Dik Doank Nikah Lagi
Ini Kumbang Iblis dari Republik Dominika