TEMPO.CO, California - Mathew Honan pusing tujuh keliling. Wartawan majalah Wired ini tak bisa lagi mengakses layanan iCloud dari ponselnya. Padahal biasanya tak ada masalah. Saat akan masuk, ia malah diminta memasukkan empat digit PIN baru.
Sebelumnya, akun Google dan e-mail Honan dibobol. Akun Twitter-nya dibajak. Ia tak pernah menyiarkan pesan rasisme dan homophobia, tapi itu yang tertulis. Puncaknya, akun AppleID miliknya diretas. Semua data yang ia simpan di iPad, iPhone, dan MacBook hilang tak berbekas.
Cerita Honan ini memunculkan pertanyaan besar tentang keamanan layanan Cloud. Tak sampai sepekan setelah DropBox mengakui layanannya dibobol pada awal bulan ini, giliran layanan iCloud Apple yang ketiban sial.
Para peretas menemukan empat digit terakhir itu pada kartu kredit Honan. Angka itu digunakan untuk memverifikasi ID di Apple. Lantas, mereka berpura-pura sebagai Honan dan menghapus password iCloud miliknya.
Honan mengatakan akun Apple miliknya biasa digunakan untuk membeli lagu. Kemudian identitas itu ia jadikan satu titik masuk untuk mengontrol ponsel, tablet, dan komputer. “Untuk masuk ke semua data-data saya,” katanya.
Melalui cara yang disebut “rekayasa sosial” itu, pembobol password Honan bisa dengan mudah masuk ke akun Amazon dan Apple. Cukup dengan kombinasi kartu kredit dan otentifikasi dari Apple, mereka mengambil alih akun tersebut.
Davide Castelvecchi, pakar teknologi dari Amerika, menyatakan, apa yang dialami Honan adalah sebuah peringatan atas gelombang baru dalam dunia teknologi, yakni Cloud Computing.
Entah kebetulan atau tidak, pada waktu berdekatan, salah seorang pendiri Apple, Steve Wozniak, menunjukkan rasa cemasnya atas tren Cloud Computing, yang sekarang marak menjadi solusi layanan digital.
“Saya khawatir tentang segala sesuatu yang terjadi di Cloud. Saya pikir itu akan sangat mengerikan dan akan banyak masalah yang mengerikan dalam lima tahun ke depan,” kata Woz.
Bagi banyak orang, Cloud memberikan kemudahan dan tidak merepotkan. Tapi, buat Woz, itu membuat orang kehilangan kontrol. “Ketika segala sesuatunya kita pindahkan ke Web atau ke Cloud, semakin sedikit kita memiliki kontrol atasnya.”
Paul Kocher, Presiden Cryptography Research, sebuah perusahaan keamanan komputer di San Francisco, mengatakan, yang kini terjadi adalah banyak perusahaan berjudi dengan keamanan data pelanggannya.
Sudah seharusnya, kata dia, ada tindakan hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang abai atas keamanan data para pelanggannya.
FORBES | NYTIMES | APPLEINSIDER | IQBAL MUHTAROM
Berita terkait:
Steve Wozniak: Cloud Computing Itu Mengerikan
Operator Mulai Lirik Layanan Cloud
Keamanan Cloud Masih Diragukan
Kini Era Cloud Kelas Konsumen
Microsoft Indonesia Luncurkan Public Cloud
HP Kenalkan Printer Berbasis Cloud