TEMPO.CO, Jayapura– Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dogiyai, Papua, Osea Petege mengatakan, pasca pembakaran kantor KPU Dogiyai oleh warga, Senin 13 Agustus 2012, ia dan anggota KPU lainnya kini mulai terancam.
"Kami sudah tidak bisa pulang, kami terancam, saya sangat takut sekarang," kata Osea Petege, Senin 13 Agustus 2012 malam.
Ia mengatakan, warga Dogiyai memiliki karakter yang keras dan berbeda dari kebanyakan orang Papua. "MK mengambil keputusan salah, MK tidak melihat kami, kami yang jadi amukan warga, kami takut dan tidak bisa kembali ke Dogiyai," ujarnya.
Kantor KPU dibakar rata dengan tanah. Selain fasilitas kantor, terdapat berkas berharga ikut ludes dilalap si jago merah. Gedung dua lantai itu itu terletak sekitar 400 meter dari kantor bupati Dogiyai.
"Masyarakat sudah memilih nomor urut tiga sebagai pemenang Pilkada, tapi oleh MK, malah dimenangkan nomor urut 1, ini pilihan rakyat, sekarang rakyat menuntut, mereka mau MK segera datang ke Dogiyai dan menyelesaikan ini, kalau tidak mereka akan bakar semua kantor," ucapnya.
Amuk massa di Moenemani, ibu kota Kabupaten Dogiyai, dipicu putusan Mahkamah Konstitusi terkait hasil pilkada daerah itu.
Dalam sidang yang digelar Senin siang di Jakarta, hakim MK menyatakan pasangan Thomas Tigi-Herman Awue memperoleh suara terbanyak dalam pilkada Dogiyai 9 Januari 2012. Keduanya memperoleh 28.155 suara, melebihi perolehan suara pasangan Antho Iyowau-Clara Apapa Gobay yang mendapat 21.952 suara, serta pasangan Natalis Degey-Esau Magay yang didukung 26.463 suara.
Putusan ini berbeda dengan penetapan KPU Kabupaten Dogiyai yang menetapkan pasangan Natalis Degey-Esau Magay menjadi pemenang dengan perolehan 29.084 suara. “Setelah penetapan, nomor urut tiga, Natalis Degey yang menang, itu berdasar hasil pungutan suara dan pemilihan ulang di Distrik Piyaiye pada 2 April 2012,” ujar Osea.
Ia menambahkan, KPU Dogiyai saat ini tak bisa berbuat apa-apa. “Kita kalau kembali ke Dogiyai, akan jadi sasaran massa, kita tinggal di Nabire saja.”
Ia meminta MK atau Mendagri meninjau kembali sengketa Pilkada Dogiyai. “Polisi disana juga takut. MK harus meninjau kembali putusannya. Kalau tidak, masalah ini akan berlarut larut dan tidak akan pernah selesai,” ujarnya lagi.
Pembakaran kantor KPU dilakukan sekitar seribu warga. “Benar, peristiwa itu karena kekecewaan massa dari salah satu kandidat calon bupati yang tidak lolos di MK,” kata Kepala Kepolisian Resort Nabire, Ajun Komisaris Besar Polisi Muhammad Rois.
JERRY OMONA
Berita lain:
Ramai-ramai Klinik Tong Fang, Begini Praktiknya
Dinas Kesehatan ''Sentil'' Iklan Klinik Tong Fang
Ke Klinik Tong Fang, Berobat karena Penasaran
Madu Bisa Redakan Batuk Anak
Berobat di Klinik Alternatif Cina Mahal?
Begini Cara Sinse Mengobati Pasien