TEMPO.CO , Jakarta: Pemerintah diminta mewaspadai melonjaknya impor. Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Destri Damayanti, mengatakan Bank Indonesia sudah memberi sinyal bahwa permintaan terhadap dolar melonjak akibat membanjirnya impor.
"Ada permintaan berlebihan terhadap dolar, ekonomi tumbuh cepat, investasi melonjak. Pemerintah harus membatasi impor, termasuk barang modal dan bahan baku," katanya.
Pekan lalu, Bank Indonesia menelurkan empat langkah menghadapi defisit neraca transaksi berjalan. Salah satunya adalah menaikkan suku bunga fasilitas simpanan Bank Indonesia (FasBI).
Menurut Destri, kenaikan suku bunga simpanan adalah peringatan dari bank sentral terhadap impor dan kebutuhan dolar yang tinggi.
Dia menyarankan agar pemerintah menekan impor minyak, bahan baku, dan barang modal untuk konsumsi domestik. Sebaliknya, industri hilir harus dikembangkan. "Kalau tidak melakukan apa-apa, stabilitas currency dan inflasi bisa terganggu. Ekonomi tumbuh terus, impor terus naik, rupiah terdepresiasi," katanya.
BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen. Bank sentral juga memutuskan mempersempit koridor bawah operasi moneter dengan menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis point dari 3,75 persen menjadi 4 persen.
Ekonom Mirza Adityaswara mengatakan defisit transaksi berjalan bisa menambah sentimen negatif investor terhadap Indonesia. "Bila investor melihat ini terjadi secara berturut-turut, mereka mulai ragu," katanya.
Memburuknya perekonomian di sejumlah negara ikut memukul neraca perdagangan Indonesia. Catatan Badan Pusat Statistik menunjukkan defisit neraca perdagangan pada Juni mencapai US$ 1,32 miliar, atau terbesar sepanjang lima tahun terakhir.
Meski defisit terus melebar dalam beberapa bulan terakhir, Bank Indonesia memprediksi pada semester II 2012 defisit transaksi berjalan akan turun ke sekitar 2 persen dari kuartal II 2012. Pada kuartal kedua lalu, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 6,9 miliar atau setara dengan 3,1 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, mengatakan tidak ada batas wajar bagi defisit transaksi berjalan. "Pokoknya kalau defisit kurang bagus," ujarnya.
Pemerintah dan Bank Indonesia sejatinya sudah melakukan serangkaian upaya untuk mencegah melebarnya defisit. Bank sentral menelurkan empat langkah. Begitu pula pemerintah yang meramu beragam jurus. "Kami menganalisis, defisit transaksi karena barang modal meningkat. Tapi, sifatnya sementara dan kami akan melakukan sejumlah upaya," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, akhir pekan lalu.
Dari sisi perpajakan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tax holiday. Kebijakan ini bertujuan mendorong investasi yang dapat menghasilkan barang modal untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Pemerintah juga membebaskan bea masuk untuk mengurangi ketergantungan impor barang jadi.
Di sektor pertambangan, pemerintah akan menyelesaikan status clean and clear sekitar 4.000 perusahaan tambang di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pemerintah mengeluarkan pula peraturan bea masuk anti-dumping dan pengamanan yang bertujuan melindungi industri dalam negeri akibat melonjaknya impor barang sejenis.
Hatta mengatakan pemerintah akan memperkuat kebijakan industri pengolahan yang dapat mengurangi ketergantungan pada barang modal, bahan baku, dan bahan penolong untuk mendukung pemenuhan pohon industri nasional. "Dalam jangka menengah, kebijakan pemerintah diarahkan agar ketergantungan terhadap impor semakin berkurang dan mendorong ekspor," katanya.
MARTHA THERTINA | GUSTIDHA | DEWI RINA
Terpopuler:
Indonesia Harus Waspadai Ancaman Krisis Ekonomi
Produsen Kopi Akan Keluarkan Sertifikat Bersama
Blok Cepu Terhambat, SBY Panggil Bupati Bojonegoro
Air Asia dan Garuda Buka Rute Baru Ke Lombok
Kedelai Lokal Tidak Dilirik Pengusaha Tahu Tempe
Tata Niaga Kedelai Tunggu RUU Pangan
Pemerintah Lemah Awasi Impor Daging Sapi
Penghematan, Pelni Ganti Solar ke Gas
Empat Langkah Atasi Defisit Neraca Berjalan Indonesia
Pemerintah Gelar Sidak BBM Jelang Lebaran