TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana, menyatakan, pemerintah menyiapkan kebijakan investasi untuk membendung tingginya impor. "Kami tak bisa membiarkan tekanan impor terlalu besar," ujarnya, Senin, 13 Agustus 2012.
Dia menjelaskan, dalam jangka pendek tekanan impor masih terasa. Namun, dalam jangka menengah, pemerintah optimistis mampu membendung impor. Apalagi, pemerintah berupaya mendorong industri pemasok bahan baku dan bahan penolong untuk memenuhi kebutuhan industri yang selama ini diimpor.
Untuk jangka panjang, Armida mengatakan bahwa pemerintah akan mengarahkan investasi yang berorientasi ekspor. Pemerintah juga sedang membahas insentif untuk hal tersebut. "Sebagai contoh kebijakan hilirisasi dengan pembangunan smelter, itu mekanismenya lewat pemberian insentif fiskal."
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, neraca perdagangan Indonesia pada akhir Juni 2012 defisit sebesar US$ 1,32 miliar. Merosotnya neraca perdagangan tersebut akibat tidak maksimalnya kinerja ekspor dan tercatat sebagai penurunan terbesar.
Pada Mei lalu, defisit perdagangan tercatat sebesar US$ 485 juta. Neraca perdagangan impor hingga Juni sendiri mencapai US$ 15,36 miliar atau mengalami penurunan sebesar 8,70 persen dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan untuk nilai impor pada Juni 2012 sebesar US$ 16,69 miliar atau turun 2,05 persen dibanding impor Mei 2012 sebesar 17,04 miliar. Namun jika dibanding impor pada Juni 2011, nilai impor naik 10,71 persen.
Penurunan ekspor pada Juni 2012 disebabkan oleh turunnya ekspor nonmigas sebesar 4,04 persen, yaitu dari US$ 13,1 juta menjadi US$ 12,5 juta. Penurunan juga terjadi pada sektor migas sebesar 25,12 persen dari US$ 3.7 juta menjadi US$ 2,7 juta.
ANY | ISTMAN MP