TEMPO.CO , Jakarta: Bumi Plc, induk usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk, merugi (yang diatribusikan pemilik entitas) sebesar US$ 117 juta sepanjang semester satu tahun ini. Kerugian ini disebabkan kerugian anak usaha, terutama karena pembayaran bunga yang tinggi dan kerugian turunan dari Bumi Resources.
Pengamat pasar modal, Steve Susanto, mengatakan kerugian yang masih dialami Bumi Plc akan mempengaruhi minat investor dalam negeri dalam melihat saham anak usahanya yang tercatat di bursa.
"Mungkin produksi batu bara mereka bagus, tetapi investor ragu kepada jumlah utang yang terlalu besar," ujarnya kepada Tempo.
Dia menilai, kinerja operasional Bumi Resources dan Berau Coal terbilang bagus. Meski menurun 3,61 persen, harga rata-rata penjualan batu bara Bumi Resources yang mencapai US$ 88 per ton dia nilai masih baik. Sedangkan harga rata-rata penjualan batu bara Berau Coal meningkat 2,68 persen menjadi US$ 76,6 per ton. "Harga Bumi Resources saat ini berarti masih ada di grade 6-7," kata Steve.
Sampai sekarang, saham BUMI belum terlalu dilirik asing. Ini disebabkan ada masalah dalam balance sheet perusahaan. "Kalau sampai tidak dilirik asing, berarti ada sesuatu yang tidak bagus di dalamnya. Bukan karena profit loss, tetapi karena balance sheet," ujarnya.
Chief Executive Officer Bumi Plc, Nalinkant Amratlal Rathod, mengakui kerugian yang dialami perusahaan dipengaruhi oleh kerugian anak usaha. Kehilangan utamanya karena pembayaran bunga yang tinggi dan kerugian turunan dari BUMI.
Selain itu, harga batu bara thermal yang jatuh secara signifikan selama beberapa bulan terakhir, bersama dengan harga logam mineral lainnya, turut menyumbang kerugian perusahaan kali ini. "Ini menjadi tantangan ekonomi global. Jelas ini menjadi perhatian kami karena jika berkepanjangan akan sangat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan,” katanya.
Untuk itu, menurut dia, perusahaan berupaya mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi di pos mana pun. Anak usahanya, Bumi, juga berupaya menurunkan tingkat utang dengan cara mencairkan investasi dan aset-aset non-inti.
SUTJI DECILYA | SETIAWAN
Terpopuler:
Produsen Kopi Akan Keluarkan Sertifikat Bersama
Indonesia Harus Waspadai Ancaman Krisis Ekonomi
Blok Cepu Terhambat, SBY Panggil Bupati Bojonegoro
Kedelai Lokal Tidak Dilirik Pengusaha Tahu Tempe
Air Asia dan Garuda Buka Rute Baru Ke Lombok
Tata Niaga Kedelai Tunggu RUU Pangan
Pemerintah Lemah Awasi Impor Daging Sapi
Penghematan, Pelni Ganti Solar ke Gas
Empat Langkah Atasi Defisit Neraca Berjalan Indonesia
Pertamina Berikan Insentif untuk SPBU Titipan