Selebriti pun Minum Es Goyobod untuk Berbuka  

TEMPO.CO, Garut - Bagi sebagian orang, minuman dingin seperti es campur atau sup buah menjadi menu wajib saat berbuka puasa. Menu pembuka itu dianggap dapat menyegarkan tubuh dan menghilangkan dahaga setelah seharian berpuasa.

Bila Anda bosan dengan kedua minuman penyegar itu, tidak ada salahnya untuk mencoba minuman khas Garut, Jawa Barat: Es Goyobod. Sekilas Es Goyobod tidak jauh beda dengan es campur biasa. Namun minuman dingin berwarna dominan putih ini memiliki keunikan tersendiri. Ciri yang paling menonjol yakni adanya adonan sagu aren yang dicampur dengan hunkwe yang bentuknya seperti agar-agar yang dipotong-potong namun lebih padat ketika digigit.

Sedangkan bahan campuran lainnya hampir sama dengan es campur, yakni kolang-kaling, kelapa muda, santan, alpukat, sekoteng, susu, es serut, roti tawar, dan gula putih dicampur air.

Sensasi kesegaran Es Goyobod ini membuat banyak orang kepincut, dari mulai remaja hingga orang tua. Tak hanya warga setempat, kemasyhuran Es Goyobod pun merambah ke Ibu Kota. Tak sedikit selebriti yang pernah mencicipi lezatnya Es Goyobod.

Goyobod berasal dari bahasa sunda yang artinya basah kuyup. Minuman ini lahir di Bandung sekitar tahun 1943. Sang penemu, Aca, 95 tahun, warga Cibatu, Garut, mengawali jualannya di daerah Banceuy. Namun karena peristiwa Bandung lautan api pada 1945, Aca pun mengungsi ke kampung halamannya.

Di Garut ia kembali mengembangkan jualannya dengan cara dipikul. Lapak tempat berjualan yakni di sekitar pendopo atau yang kini dikenal sebagai alun-alun. Usaha Aca, kini diteruskan oleh ketiga anak lelakinya. Mereka membuka lapak di Alun-alun Garut samping kantor Balai Pemasyarakatan, di Jalan Siliwangi depan SD Kiansantang, Jalan Ahmad Yani depan kantor Kas Negara, di Jalan Padjadjaran dan di perempatan Maktal.

Meski sudah cukup lama, usaha yang dirintis Aca ini masih menggunakan cara tradisional. Lapak jualannya hanya menggunakan roda dan tenda ala kadarnya di pinggir jalan. Setiap bulan puasa, lapak Es Goyobod selalu dipenuhi pembeli. Antrean ini mulai terjadi dari pukul 16.00 hingga menjelang waktu buka. “Kaki sampai pegal, tidak bisa duduk. Kalau hari biasa yang beli itu mulai datang sejak pukul 11 siang sampai sore,” katanya.

Dia mengakui, pembeli yang datang kebanyakan pelanggan tetap. Jumlah Es Goyobod yang dikeluarkan setiap harinya mencapai 600 gelas. Untuk memenuhi permintaan pembeli, penjual Es Goyobod ini dibagi dua, pertama dari pukul 15.00-18.00 dan pukul 18.00-21.00. Sedangkan untuk hari biasa dari pukul 09.00-15.00 dan 15.00-18.00.

Harga jual es ini pada bulan puasa tidak jauh beda dengan hari biasa. Cukup dengan merogoh kocek Rp 3.000 - Rp 3.500 sudah bisa merasakan segar dan nikmatnya Es Goyobod.

Salah seorang pembeli, Ayi Kosasih, 45 tahun warga Batujajar, Bandung, mengaku telah cukup lama berlangganan Es Goyobod. Ia tidak pernah absen membeli Es Goyobod bila pulang ke kampung halamannya di Garut. “Rasa Es Goyobod di sini lebih lembut dan tidak terasa campurannya sehingga terasa lebih pas di mulut.”

SIGIT ZULMUNIR

Berita Lain:
Tidak Semua Kader PKS Diprediksi Pilih Fauzi Bowo
PKS Pilih Foke, Jokowi: Apa Saya Kurang Ganteng?
PPP Pilih Foke karena Islam dan Betawi
Relawan Jokowi - Ahok Luncurkan JASMEV
Tim Sukses Jokowi: Ceramah Rhoma Tetap Pidana