H-6 Lebaran, Ada 989 Kecelakaan di Jalur Mudik

Sejumlah pemudik sepeda motor memarkir kendaraannya saat menunggu di pelabuhan Merak, Banten, Jawa Barat (27/08). H-3 jelang Lebaran terjadi antrean kendaraan pemudik sepanjang tiga kilometer di jalan tol Tangerang-Merak. TEMPO/Arnold Simanjuntak
Sejumlah pemudik sepeda motor memarkir kendaraannya saat menunggu di pelabuhan Merak, Banten, Jawa Barat (27/08). H-3 jelang Lebaran terjadi antrean kendaraan pemudik sepanjang tiga kilometer di jalan tol Tangerang-Merak. TEMPO/Arnold Simanjuntak

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian mencatat, hingga enam hari jelang Lebaran, jumlah kecelakaan yang dialami pemudik sudah mencapai 989 kejadian. Jumlah ini menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebanyak 1.239 kejadian.

"Mayoritas kecelakaan melibatkan kendaraan roda dua," kata Kepala Bagian Operasi Koordinator Lalu Lintas Mabes Polri Kombes Bambang Sugeng pada Selasa, 14 Agustus 2012, di kantor Masyarakat Transportasi Indonesia.

Dari angka tersebut tercatat 173 orang meninggal dunia, atau turun dari tahun lalu sebanyak 203 orang. Kemudian, untuk korban luka berat juga turun, 320 orang di tahun lalu, menjadi 212 orang di tahun ini. Sedangkan korban luka ringan jumlahnya naik dari 739 orang menjadi 883 orang.

Oleh karena itu, Bambang mengimbau bagi pemudik khususnya yang menggunakan kendaraan roda dua agar lebih berhati-hati.

Sementara itu, Ketua Umum MTI Danang Parikesit memprediksi pemudik yang menggunakan kendaraan jalan raya naik 1,3 persen dibanding tahun lalu, menjadi 5,6 juta orang. "Sedangkan yang menggunakan sepeda motor naik 20-25 persen dibanding tahun lalu," ujar Danang.

Sebelumnya, Danang mengatakan jumlah armada transportasi darat yang ada, sekitar 37.000 unit kendaraan, tidak dapat menampung lonjakan pemudik yang diperkirakan naik menjadi 15.434.213 jiwa, dari 15.121.834 di tahun 2010.

Selain sedikitnya transportasi umum seperti bus, seseorang lebih memilih menggunakan sepeda motor karena pemerintah tidak tegas terhadap oknum nakal yang ada di terminal, stasiun, pelabuhan, bahkan bandara.

"MTI melihat di lapangan lebih banyak mobil omprengan plat hitam dibandingkan angkutan umum yang menjemput penumpang dan harganya pun bisa lebih mahal," ujar Danang.

SYAILENDRA