TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dogiyai, Papua, Yulianus Boga mengatakan, sengketa Pilkada Dogiyai sudah diperkirakan sejak awal. “KPU tidak mau terbuka, saya perkirakan bahwa bakal ada konflik, dan ternyata benar,” kata Yulianus Boga, Selasa 14 Agustus 2012.
Ia menyesalkan kisruh Pilkada berujung pada pembakaran Kantor KPU Dogiyai, Senin. “Seharusnya ketiga calon segera meredam konflik, kalau ini dibiarkan, pendukung di bawah akan terus melakukan aksi,” ujarnya.
DPRD kata dia, tidak dapat berbuat apa-apa. “Saya kira pemerintah Dogiyai juga agak kesulitan, ini kembali pada calon dan mereka yang harus berdamai, buat apa saling bermusuhan, kita mau bangun Dogiyai, jadi seharusnya jangan sampai bakar-bakar,” katanya.
Clara Apapa Gobay, salah satu calon wakil Bupati dalam Pilkada Dogiyai mengatakan, keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan Thomas Tigi-Herman Auwe sebagai pemenang Pilkada Dogiyai 9 Januari 2012, tidak valid. “Karena bukti yang dibawa ke persidangan tidak sesuai dengan di lapangan, kita tahu persis kondisi Dogiyai, MK hanya melihat berdasarkan gugatan, ini tidak bisa diterima,” katanya.
Mahkamah Konstitusi sebelumnya menyatakan pasangan Thomas Tigi-Herman Auwe memenangi Pilkada Dogiyai dengan memperoleh 28.155 suara, melebihi pasangan Anthon Iyowau-Clara Apapa Gobay 21.952 suara, serta pasangan Natalis Degey-Esau Magay 26.463 suara.
Putusan ini berbeda dengan data KPU Dogiyai yang menetapkan Natalis Degey-Esau Magay sebagai pemenang dengan 29.084 suara. Perolehan ini jauh diatas dukungan Thomas Tigi-Herman Auwe, 24.992 suara, serta Anthon Iyowau-Clara Apapa Gobay 22.490 suara.
“Yang seharusnya menang adalah Natalis Degey, kami tahu persis, saya calon di Pilkada, bukan mendukung Natalis, tapi faktanya memang dia yang menang, bukan Thomas Tigi,” kata Clara.
Ia menuding MK sengaja memanipulasi suara untuk memenangkan pasangan Thomas Tigi-Herman Auwe. “Masalah ini saya yakin tidak akan selesai, kecuali kalau dibikin Pilkada ulang seluruhnya,” ucapnya.
Benny Kotouki, tim sukses Thomas Tigi-Herman Auwe menyesalkan sikap calon lain yang menganggap keputusan MK tidak benar. “Seharusnya kita saling dukung, MK adalah lembaga negara yang terakhir, kalau MK sudah bilang begitu, ya begitu sudah, mari kita jalankan, tidak usah lagi sikut sikutan,” katanya.
Ia memandang, persoalan Pilkada Dogiyai sudah tuntas. “Apa lagi yang mau dipersoalkan, bukti pelanggaran pilkada sudah jelas, bahwa ada permainan suara calon lain, ketika kita menggugat ini, dan kemudian dimenangkan, itulah kebenaran.”
Pembakaran kantor KPU dilakukan sekitar seribu warga kemarin. “Peristiwa itu karena kekecewaan massa dari salah satu kandidat calon bupati yang tidak lolos di MK,” kata Kepala Kepolisian Resort Nabire, Ajun Komisaris Besar Polisi Muhammad Rois.
Polisi belum menahan seorang pun terkait insiden tersebut. “Belum ada yang ditahan, kerugian juga belum didata, kita masih konsentrasi untuk mengamankan masyarakat. Situasi hari ini kondusif di Dogiyai,” kata Rois.
JERRY OMONA