TEMPO.CO, Yogyakarta - Seniman yang tergabung dalam Komunitas Conthong Yogyakarta akan menggelar pentas berjudul Tresnaku Patimu di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta, pada 20-23 Agustus 2012.
Sutradara Susilo Nugroho, yang akrab disapa Den Baguse Ngarso, menuturkan bahwa komunitasnya nekat menggelar pertunjukan pada libur Lebaran karena pada momentum itu di Yogya tidak ada geliat seni. “Seni tidak boleh libur, terlebih Yogya sebagai basis seni kebudayaan, tempat singgah wisatawan,” kata Susilo kepada Tempo, Selasa, 14 Agustus 2012.
Pentas ketoprak yang mengambil latar belakang polemik kekuasaan Kerajaan Demak dan Tuban itu digelar demi mengambil ruang kosong, khususnya wisatawan domestik yang mengunjungi Kota Yogya pada libur Lebaran. “Apa selalu harus memperhatikan turis manca terus, lalu wisatawan domestik tidak kita jaga?” dia mempertanyakan.
Menurut dia, justru pada masa high season wisatawan domestik, para pengampu kebijakan (pemerintah) harus menjaga geliat kesenian lokal, semacam ketoprak.
Seniman yang aktif menggelar pentas Kethoprak Ringkes beraliran humor sejak dua tahun lalu itu juga mengatakan penyelenggaraan ketoprak pada Lebaran tahun lalu terbukti mampu menyedot wisatawan domestik di Yogya. “Ini bagian promosi wisata malam Yogya yang lain, tidak sekadar belanja di Malioboro atau mainan di Alun-alun,” kata dia.
Pada Lebaran tahun ini, pementasan itu mendapat respons positif dari Pemerintah Kota Yogyakarta dan pemerintah provinsi. “Jadi, 80 persen produksi dibantu donatur, sponsor, dan pemerintah. Jadi, sudah mulai diperhatikan,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata DIY M. Tazbir mengatakan kegiatan seni-budaya malam semakin meningkatkan pertumbuhan wisata di Yogya yang masih miskin agenda malam. “Wisata malam akan memanfaatkan potensi ruang yang ada sehingga menjadi ruang publik baru,” kata dia.
Pemerintah DIY saat ini sedang menggagas potensi wisata malam berkelanjutan agar potensi ruang yang ada tidak terbengkalai. “Wisata malam yang beragam juga membuat wisatawan tidak menumpuk di lokasi tertentu,” kata dia.
Kethoprak Ringkes, yang kali ini melibatkan 18 pemain, mengisahkan seorang ibu, Gusti Ratu Asyikah, dari Kerajaan Demak yang terlalu mencintai anaknya, Sultan Trenggana. Namun keduanya harus bermusuhan.
Di lain cerita, Kadipaten Tuban, yang menyokong penyerbuan Demak ke Malaka, protes keras kepada Sultan Trenggana karena prajurit Tuban yang terdampar di Malaka telantar. Protes itu tidak digubris. Raden Kusnan, sebagai duta, gagal membujuk Sultan Trenggana. Bahkan Sultan Trenggana justru menyerbu Tuban.
Pertunjukan itu didukung oleh pemain gaek Marwoto 'Kawer', Sarjono, Miyanto, Hargi Sundari, Rini Widyastuti, Bagong Tris Gunanto, Rio Daryadi, dan Novi Kalur. Harga tiket masuk untuk VIP Rp 25 ribu dan duduk lesehan Rp 15 ribu.
PRIBADI WICAKSONO