TEMPO.CO , San Francisco - Meski menangguk sejumlah keberhasilan, New York Times saat ini juga tengah menghadapi masa-masa sulit, seperti tertekannya harga saham, batalnya pembagian dividen, serta masalah-masalah bagaimana meningkatkan pendapatan dari iklan.
Belum lagi ketika CEO Janet Robinson, 28, tiba-tiba memutuskan meninggalkan the New York Times Co. pada Desember 2011 lalu.
Reed Phillips, Managing Director DeSilva & Phillips (bank investasi media), mengatakan fakta bahwa akhirnya New York Times memilih seseorang di luar bisnis media cetak dan dari luar Amerika Serikat memang benar-benar mengejutkan.
Seperti diketahui, The New York Times Co telah menunjuk Mark Thompson sebagai Presiden dan CEO yang baru. Penunjukkan ini mengakhiri pencarian eksekutif selama delapan bulan terakhir, eksekutif yang dinilai bisa memimpin perusahaan dalam era perkembangan pesat media digital.
Dalam pernyataan resmi perusahaan, Selasa, 14 Agustus 2012, Thompson, 55, akan melapor ke direksi dan Chairman New York Times, Arthur Sulzberger Jr., mulai November 2012.
“Direksi secara bulat berkesimpulan bahwa Mark adalah orang yang tepat untuk memimpin The New York Times Company saat ini,” tulis Sulzberger dalam email internal kepada para karyawan.
Thompson sebelumnya adalah Director General of the British Broadcasting Corp, posisi paling top di stasiun televisi di Inggris. Pada Maret lalu, ia mengumumkan pengunduran dirinya begitu Olimpiade London berakhir setelah bergabung dengan BBC sejak 2004.
Sumber di desk pemberitaan menyebutkan, penunjukkan Thompson sudah dipikirkan matang-matang oleh direksi dan komisaris begitu nama Thompson disebut-sebut di kalangan pers tahun ini.
Sumber yang lain, masih dari desk pemberitaan, juga menyebutkan pertanyaan besarnya sekarang adalah apakah dengan penunjukkan Thompson itu merupakan sinyal bahwa perusahaan akan lebih ke bisnis televisi atau Thompson hanya akan melanjutkan apa yang sudah dilakukan saat ini dan mendistribusikannya secara luas ke media digital.
Menurut sumber yang kedua ini, Thompson ditunjuk untuk membuat kesepakatan dengan media lain, khususnya kerja sama dengan iTV. Sumber ini khawatir newsroom yang sudah ada nanti bakal digabung dengan televisi itu untuk kepentingan surat kabar juga.
Salah satu prestasi terbesar Thompson di BBC memang iPlayer, yang memungkinkan pemirsa melihat program-program televisi secara gratis lewat online. Televisi online ini dikunjungi paling banyak pemirsa selama berlangsungnya Olimpiade London. Berdasarkan data comScrore, BBC online dikunjungi 57 juta pengunjung dari seluruh dunia selama Juni.
Thompson akan menjadi komandan di sebuah perusahaan yang kini menjadi lebih singset dan pernah menjadi konglomerat media dengan jaringan televisi, stasiun radio, majalah, serta ribuan surat kabar di seluruh Amerika Serikat. Juga memiliki kepemilikan saham di beberapa jaringan televisi kabel, seperti Discovery Communications dan terlibat dalam tim olah raga, dari tim baseball Boston Red Sox dan klub sepak bola Liverpool.
Selama beberapa tahun belakangan ini, aset New York Times terus tergerus. Pekan lalu, perusahaan menyatakan tengah berdiskusi untuk menjual situs Internet propertinya, About.com. Perusahaan juga menyebutkan, ke depan hanya akan memiliki beberapa surat kabar saja, termasuk International Herald Tribune dan Worcester Telegram & Gazette.
REUTERS | GRACE S. GANDHI
Terpopuler:
Ular Piton dengan 87 Butir Telur Ditemukan
Jumpa Muslim Myanmar, Istri PM Turki Menangis
Bagaimana Pemilik WikiLeaks Keluar dari London?
Mengapa Iran ''Ngotot'' Bela al-Assad?
Mantan PM: Kejatuhan al-Assad Tinggal Tunggu Waktu
Aktivis Malaysia Protes Sensor Internet
Komputer Dicuri dari Rumah Steve Jobs
Pertemuan Pejabat Afganistan-Taliban Dibantah
Penembakan di Texas, Tiga Orang Tewas
Badai Mendekat, Petugas Badan Cuaca Berdemo