TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengakui upaya penghematan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi yang selama ini dilakukan pemerintah memang belum menghasilkan pengendalian subsidi karena konsumsi masih tetap tinggi.
"Memang tidak akan maksimal, paling hanya bisa hemat dua hingga tiga juta kiloliter," kata Wacik ketika dijumpai di gedung DPR RI, Kamis (16/08).
Menurutnya, langkah paling cepat dan tepat untuk menurunkan subsidi bahan bakar minyak adalah dengan menaikkan harganya. Tetapi, kebijakan tersebut tak bisa diputuskan sendiri oleh pemerintah tanpa persetujuan dari DPR RI.
"Kalau ini disadari bahwa subsidi harus diturunkan, maka DPR dan pemerintah bisa saja menaikkan harganya," jelas Wacik. Tidak hanya bahan bakar minyak, tetapi tarif listrik sebenarnya juga perlu disesuaikan untuk menekan subsidi energi yang diperkirakan bisa mencapai kisaran Rp 300 triliun di tahun depan.
Jika bahan bakar minyak dan tarif listrik disepakati untuk naik, maka subsidi energi bisa dijaga di kisaran Rp 200 triliun pada tahun depan.
Saat ini, pemerintah sudah memikirkan untuk menaikkan tarif listrik secara bertahap terlebih dulu. Kenaikan dilakukan sekitar 3-4 persen per kuartal untuk tahun depan. Tetapi, imbuhnya, kembali lagi segala rencana tersebut harus dibahas bersama DPR terlebih dulu.
Ia berharap DPR akan mengerti posisi pemerintah soal kebijakan tersebut. Pemerintah sendiri juga berencana segera menyampaikan gagasannya pada DPR begitu masuk masa sidang. "Baik-baik kita ajukan supaya ada kesepakatan, untuk pertama tampaknya lebih mudah soal listrik dulu," ujarnya.
GUSTIDHA BUDIARTIE