TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tercatat terus melemah sepekan ini. Kurs tengah rupiah tercatat Rp 9.477 pada Senin, 10 Agustus 2012. Rupiah terus melemah ke level Rp 9.498 pada Kamis, 16 Agustus 2012. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution membenarkan salah satu penyebab depresiasi rupiah adalah defisit neraca berjalan.
Bank Indonesia mencatat transaksi berjalan triwulan II-2012 mengalami defisit sebesar US$ 6,9 miliar atau 3,1 persen dari PDB. Ini naik dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni defisit US$ 3,2 miliar atau 1,5 persen dari PDB.
Darmin membantah, melemahnya rupiah lantaran BI tak melakukan intervensi. "Jika rupiah terjun bebas, jangan pernah kalian pikir BI tidak melakukan intervensi," ucapnya di sela-sela silaturahmi Idul Fitri di kediamannya, Senin, 20 Agustus 2012. Bank Sentral, ditegaskan Darmin, selalu memantau dan melakukan intervensi.
Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebenarnya memiliki efek positif terhadap neraca berjalan Indonesia. "Kalau rupiah melemah, ekspor kita cenderung terdorong dan impor kita melambat," katanya. Seperti diketahui, neraca berjalan melemah lantaran tidak adanya keseimbangan antara impor dan ekspor. Impor tumbuh tinggi, namun ekspor melambat.
Adapun depreasi rupiah, dijelaskan Darmin, tak membuat inflasi melemah. "Semua barang-barang dunia saat ini sedang menurun dan ini tidak mempengaruhi inflasi kita saat ini," katanya. Ia mengakui ada imported inflation dari kedelai, jagung, dan gandum, namun sifatnya seasonal dan porsinya tak besar terhadap inflasi di dalam negeri.
Kepala Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, memprediksi rupiah bakal berada di kisaran Rp 9.300-9.500 tahun ini. Tahun depan, Fauzi memprediksi rupiah bakal menguat di kisaran Rp 9.000. Hal ini dengan mempertimbangkan banyaknya dana menganggur yang masih akan masuk ke dalam negeri terkait krisis di Eropa. "Banyak dana nganggur yang harus dialokasikan ke negara yang pertumbuhan ekonominya pesat. Salah satunya Indonesia. Negara yang pertumbuhan pesat dan suku bunganya tinggi tidak banyak," ucapnya.
MARTHA THERTINA