TEMPO.CO, Jakarta -Pengusaha meminta pemerintah untuk mengaudit jumlah industri yang membutuhkan gula untuk produksinya sebelum melakukan impor. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) Natsir Mansyur menilai sering terjadi kebocoran impor karena belum pernah dilakukan audit.
"Sudah lima tahun ini tidak ada audit," kata Natsir ketika dihubungi Tempo pada Selasa, 21 Agustus 2012.
Natsir memberi contoh di Papua, kebutuhan untuk industri di sana adalah 150.000 ton per tahun. Hanya saja katanya, ada satu perusahaan yang bahkan mendapat jatah hingga 300.000 ton.
Efeknya menurut Natsir sering terjadi kebocoran dan menyebabkan gula menjadi mahal. Untuk itu, audit menjadi penting sebelum negara melakukan impor. "Dengan begitu, jumlah biaya impor tidak sia-sia mengingat harga gula mentah Thailand tinggi," ujar Natsir.
Saat ini karena adanya pengetatan saham paska panen raya dan permintaan gula tinggi, harga gula mentah Thailand ada pada kisaran 200 sampai 300 poin. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara importir gula mentah Thailand terbesar, sehingga muncul wacana untuk mengimpor dari Brazil.
SYAILENDRA