TEMPO.CO, Jakarta - Setelah libur panjang Lebaran, rupiah masih akan ditransaksikan dalam kisaran sempit. Pasar masih akan sepi dan rupiah tidak akan banyak bergerak karena para pelaku pasar belum sepenuhnya masuk ke pasar karena masih banyak yang merayakan Lebaran di kampung halamannya.
Munculnya harapan adanya stimulus dari bank sentral dunia membuat Euro berhasil menguat mendekati level US$ 1,25 sehingga tekanan terhadap rupiah sedikit mereda. Euro berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat dalam dua hari terakhir karena pasar optimistis bahwa para pemimpin Eropa setuju memperpanjang program penyesuaian fiskal Yunani dan meningkatkan pembelian obligasi negara kawasan.
Di transaksi non deliverable forward (NDF), rupiah kemarin ditransaksikan di kisaran 9.465-9.528 per dolar AS. Akhir pekan lalu, rupiah tutup di level 9.512 per dolar AS yang berarti hanya menguat tipis satu poin dari penutupan sehari sebelumnya.
Namun, dalam sepekan lalu, rupiah mencatat pelemahan 27 poin (0,28 persen). Demikian pula sepanjang bulan Agustus ini, rupiah terdepresiasi 45 poin (0,5 persen) dibandingkan akhir Juli lalu yang masih berada di posisi 9.467 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dari PT Harvest International Futures, Tonny Mariano, mengemukakan hingga akhir bulan ini rupiah masih akan stabil di level saat ini. Mata uang lokal belum akan beranjak dari kisaran 9.450-9.550 per dolar AS. “Rupiah belum akan jauh dari level 9.500 per dolar AS,” tuturnya.
Transaksi masih akan cenderung sepi hingga akhir pekan mendatang karena aktivitas para pelaku pasar masih disibukkan oleh tradisi mudik Lebaran. Menjelang akhir bulan, permintaan dolar AS di pasar juga akan meningkat sehingga ruang rupiah untuk menguat juga agak berat.
PDAT | VIVA B. KUSNANDAR