Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Oasis, Konsisten Menyajikan Hidangan Kolonial

image-gnews
Hidangan Era Kolonial
Hidangan Era Kolonial
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 18 tahun yang lalu, O'om Mucharam Endi, 63 tahun, pernah mendapat tamu tanpa nama dalam buku reservasinya. Yang tertulis hanya VVIP Kedutaan Besar Amerika Serikat. General Manager Oasis Restaurant, Jakarta, itu pun bingung. Jelang 20 menit kedatangan tamu tersebut, kepolisian Jakarta Pusat meneleponnya dan bertanya, apa benar Bill Clinton akan datang ke sana. “Saya bilang, nama itu tidak ada di daftar reservasi.”

Sesaat setelah ia menutup telepon, datang dua ajudan suami-istri Clinton dan dua orang dokter. Mereka berempat menanyakan lokasi meja yang aman dan memeriksa makanan yang akan dihidangkan. Sebuah private room mereka tolak. Justru ruang makan umum yang disebut Sumatra Room menjadi pilihan. Jelang malam, Presiden Amerika Serikat dan istrinya itu pun datang ke Oasis. Masuk ke restoran tanpa pengawalan berlebih. Mereka berdua makan bersama tamu yang lain.

“Banyak tamu kami yang menyapa, 'Hai, Bill,'” ujar O'om, yang telah menjadi general manager di Oasis selama 34 tahun. “Dia pun santai membalas sapaan itu.” Para pengawalnya berada di ruangan lain sambil berjaga dan menolak tawaran makan-minum. Dengan santai, Clinton makan ala rijsttafel yang menjadi ciri khas restoran itu.

Rijsttafel menjadi menu andalan di restoran yang terletak di Jalan Raden Saleh, Jakarta, ini. Sebenarnya ini bukan sebuah nama makanan, tapi cara makan yang pertama kali muncul saat era kolonial Belanda. Arti kata itu mungkin sederhana, meja nasi. Tapi menu yang terhidang lebih dari nasi. Di Oasis, setiap tamu yang memesan mendapat selusin jenis makanan yang berbeda. Jadi membutuhkan waktu cukup lama untuk mengkonsumsi semuanya.

O’om mengatakan, saat masa kolonial, menunya bisa sampai 40 macam. Semuanya dalam 40 piring dan dihidangkan oleh 40 pelayan. “Jadi, di samping meja makan orang kaya Belanda dulu, bisa berjejer pelayan bawa makanan,” katanya. Makanan yang tersaji sebenarnya sangat sederhana. Ada nasi, sate, ayam goreng atau panggang, opor daging, rendang, kerupuk, sambal, tempe, dan tahu.

Sepintas terlihat seperti menu makan di warung Tegal atau restoran Padang biasa. Tapi, O’om mengatakan, Oasis memiliki kelebihan dalam penyajiannya. Pertama, pelayan yang mengantar 12 makanan perempuan semua. Mereka akan berdiri sepanjang waktu makan sambil memegang piring. Kalau tamu ingin memakan makanan yang tersaji di salah satu piring, sang pelayan akan maju dan mempersilakan tamu mengambilnya.

Cara ini kebalikan dari rijsttafel aslinya yang hanya memakai pelayan laki-laki alias jonges–pemicu kata jongos. Perempuan menjadi pilihan, kata O’om, karena bisa membuat suasana lebih nyaman dan seperti di dalam rumah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenyamanan juga ditunjang dari bangunan restoran yang bergaya kolonial klasik. Bentuknya kotak, dengan dua lantai, dan jendela-jendela yang melengkung. Dindingnya berwarna putih. Balok-balok kayu jati terbentang menyangga atap. Pemilik rumah ini awalnya seorang kaya pemilik perkebunan bernama F. Brandenburg van Oltsende.

Kedua, kelebihan dari restoran ini adalah soal tampilan. O’om mengatakan butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk menyempurnakan penampilan makan rijsttafel yang modern dan bisa diterima tamu asing. “Sembilan puluh persen tamu kami orang bule,” katanya. Trial and error mereka lakukan, sampai terciptalah enam jenis menu rijsttafel. Secara bergantian, menu itu mereka pakai untuk satu minggu. Intinya, harus ada nasi, ayam, daging, hidangan laut, sambal, hingga menu penutup.

Terakhir, tentu saja rasa. Tim dapur Oasis lebih mengutamakan memakai rempah-rempah alami, tanpa penyedap rasa instan. Misalnya, pada sate. Tidak terlalu pedas. Dagingnya empuk dan rasa gurih kuah kacangnya lebih ditonjolkan. Mereka juga memperhatikan soal warna. Ada hijau gado-gado, kuning dari nasi, merahnya sambal, serta putih oseng-oseng tauge dan tahu. “Jangan sampai yang terlihat cokelat semua,” kata O’om.

Di Jakarta, hanya Oasis yang konsisten menghidangkan rijsttafel. Jadi tidak heran banyak tamu negara yang datang ke sana. Terakhir, Kanselir Jerman Angela Merkel datang ke sana pada Juli lalu. Sepertinya perempuan berusia 54 tahun itu sangat ingin mencoba makanan lokal. Sejak di pintu masuk, ia sudah bertanya kepada O’om apakah makanan Indonesia yang terhidang.

Benar saja, menurut O’om, Angela sangat antusias ketika mencoba makan ala rijsttafel. Semua makanan ia coba dalam piring besar ala Dinasti Ming. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono siang itu juga menemaninya makan bersama Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Saat Angela pulang, ia tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada O’om untuk hidangannya dan mengatakan, “It was amazing.”

SORTA TOBING

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Tips Hemat Biaya saat Menonton Konser di Luar Negeri

3 hari lalu

Jewel di Bandara Changi, Singapura. (foto: Jiachen Lin)
5 Tips Hemat Biaya saat Menonton Konser di Luar Negeri

Ada beberapa tips untuk menghemat biaya saat menonton konser di luar negeri


7 Rekomendasi Tempat Kuliner Ramadhan di Bandung yang Kekinian

7 hari lalu

Sudirman Street Food, Bandung. Kuliner malam di Bandung. FOTO/Instagram/sudirmanstreetfood_bandung
7 Rekomendasi Tempat Kuliner Ramadhan di Bandung yang Kekinian

Berikut rekomendasi kuliner Ramadhan di Bandung yang populer dan kekinian. Ada banyak makanan yang bisa dibeli, mulai dari gorengan hingga kolak.


7 Tempat Kuliner Ramadhan di Jakarta yang Ramai dan Lengkap

9 hari lalu

Aktivitas jual beli jajanan di lapak pedagang Bazaar Takjil Ramadhan Benhil di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa, 12 Maret 2024. Pedagang musiman di kawasan Bendungan Hilir ini, menjadi salah satu tempat tujuan warga maupun pekerja kantoran untuk berburu makanan takjil buka puasa di bulan Ramadan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
7 Tempat Kuliner Ramadhan di Jakarta yang Ramai dan Lengkap

Ada banyak tempat kuliner Ramadhan di Jakarta yang bisa Anda coba. Seperti kawasan Benhil, Pasar Santa, Blok M, hingga Jalan Sabang.


Lamang Tapai Kuliner Khas Minangkabau Bukan Sekadar Makanan, Ini Filosofinya

11 hari lalu

Lamang Tapai. TEMPO/Febri Yanti
Lamang Tapai Kuliner Khas Minangkabau Bukan Sekadar Makanan, Ini Filosofinya

Walau terdengar tidak biasa, memadukan Lemang dengan tapai ketan cukup populer di Sumatra Barat. Penganan ini disebut Lamang Tapai.


Djakarta Ramadan Fair 2024 Dibuka, Warga Ibu Kota Bisa Jajan Takjil hingga Kerajinan

11 hari lalu

Djakarta Ramadhan Fair 2024  di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, dibuka 15-20 Maret 2024. (Kemenparekraf)
Djakarta Ramadan Fair 2024 Dibuka, Warga Ibu Kota Bisa Jajan Takjil hingga Kerajinan

Djakarta Ramadan Fair 2024 menawarkan kuliner dan produk Ramadan, digelar 15-20 Maret 2024.


Merayakan Ramadan Bersama Aryaduta Menteng: Pengalaman Kuliner Tak Terlupakan

16 hari lalu

Hidangan Ramadan Aryaduta Menteng
Merayakan Ramadan Bersama Aryaduta Menteng: Pengalaman Kuliner Tak Terlupakan

Aryaduta Menteng menghadirkan serangkaian pengalaman kuliner Ramadan yang menggugah selera di tiga restorannya yang berbeda


Warung Blayag Mek Sambru yang Legendaris di Bali, Ada Sejak 1967

18 hari lalu

Warung Blayag Mek Sambru (karangasemkab.go.id)
Warung Blayag Mek Sambru yang Legendaris di Bali, Ada Sejak 1967

Warung blayag kaki lima ini telah ada selama 57 tahun dan berhasil mendapat dua sertifikat nasional berkat konsistensinya.


Pertumbuhan Industri Kuliner Semakin Pesat, Intip Rahasia Kue Mengembang Sempurna

18 hari lalu

Ilustrasi adonan kue. Foto: Freepik.com/Azerbaijan_Stockers
Pertumbuhan Industri Kuliner Semakin Pesat, Intip Rahasia Kue Mengembang Sempurna

Pesatnya pertumbuhan ini tak lepas dari masifnya penggunaan media sosial yang mendorong munculnya tren-tren kuliner kekinian.


Mengenal Blayag, Ketupat ala Bali dengan 15 Lauk

18 hari lalu

Blayag, ketupat ala Bali dengan 15 lauk (denpasarkota.go.id)
Mengenal Blayag, Ketupat ala Bali dengan 15 Lauk

Selain untuk dikonsumsi sehari-hari, blayag yang mirip ketupat ini sering digunakan pada upacara adat.


Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

20 hari lalu

Pasar Kangen Wiwitan Pasa di halaman Polda DI Yogyakarta berlangsung 7-9 Maret 2024. (Dok. Istimewa)
Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

Wiwitan Pasa di Yogyakarta menyuguhkan Pasar Kangen, semacam pasar tradisional dengan beragam kuliner jadul dan panggung hiburan.