TEMPO.CO, Jakarta - Dermaga di Pelabuhan Penyeberangan Muara Angke, Kaliadem, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, tampak retak-retak. Keretakan terjadi antara tingkatan dermaga satu dengan dermaga lain. Para pengunjung pun mulai mengkhawatirkan keretakan itu.
Fadjar Sodik, buruh borongan yang sering datang ke dermaga itu, mengatakan dermaga yang retak dan tidak proporsionalnya bangku-bangku pengunjung di dermaga sudah terjadi beberapa bulan lalu. “Retaknya sudah lama,” kata Fadjar yang ditemui Tempo di dermaga, Senin 27 Agustus 2012. Anto, pengunjung dermaga, juga khawatir dengan retaknya dermaga dan tidak ratanya jalanan antar-dermaga lama dengan dermaga baru. “Nanti kalau tambah parah bisa membahayakan,” ujarnya.
Padahal, pelabuhan yang pembangunannya menelan anggaran Rp 130 miliar itu baru selesai dibangun pada Desember tahun lalu. Pelabuhan seluas 3,4 hektare ini baru diresmikan awal Januari lalu oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Berdasarkan pantauan Tempo, terdapat dua tingkat dermaga yang berada di ujung dermaga. Antara dermaga satu dengan dermaga lain terlihat keretakan sekitar sepuluh sentimeter. Antara dermaga itu juga terdapat penggelembungan–penggelembungan di beberapa titik.
Bagian dermaga yang mengantar pengunjung ke bagian terujung pelabuhan pun tidak rata. Antara dermaga lama dan dermaga baru yang berbeda tingkat juga terlihat keretakan. Penggelembungan pun terdapat di beberapa titik di antara perpisahan itu. Bahkan ada pula yang terlihat amblas di beberapa sisinya.
Bangku taman untuk para pengunjung yang ingin menikmati keindahan pantai di ujung dermaga pun terlihat miring. Bangku-bangku yang dibangun di antara dermaga lama dengan dermaga baru tidak beraturan. Bangku taman terlihat menukik sehingga pengunjung yang ingin duduk di tempat itu tidak akan merasa nyaman dan merosot ke belakang. Ada pula bangku taman yang rusak parah hingga hancur dan tanah di dalam senderan bangku pun tumpah ke dermaga dan berceceran.Selain di dermaga, di kantor tempat ruang tunggu itu juga terdapat keretakan. Di keramik-keramik kantor itu juga ambles di beberapa titik.
Bangunan kantor Pelabuhan Penyeberangan Muara Angke, Kaliadem, pun, mulai rusak. Terdapat keretakan di sekitar dinding-dinding kantor yang berwarna putih itu. Ada pula lantai yang mulai ambles di beberapa titik.
Saat Tempo masuk gedung seluas kurang lebih 400 meter persegi itu, terdapat keramik yang ambles sedalam kurang lebih lima hingga sepuluh sentimeter. Ubin–ubin berukuran 30 x 30 sentimeter itu retak di titik-titik amblesnya. Pada lobi atau ruang tunggu pengunjung, juga terdapat beberapa titik lantai keramik berwarna putih yang ambles. Di belakang pintu utama di sisi Barat, terdapat lantai yang ambles seluas 2 x 2 meter. Di ruang tunggu yang berada di lantai dasar itu terdapat tiga titik lantai yang ambles dengan luas 3 x 3 meter. Pada dinding kantor dua lantai ini juga terlihat keretakan. Retakan juga menjalar sampai ke toilet.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, mengatakan keretakan yang terjadi di kantornya dan antar dermaga di Pelabuhan Penyeberangan Muara Angke, Kaliadem, itu karena abrasi. “Ambles dan retak itu karena kondisi alam. Tanah tersebut terkena abrasi,” katanya ketika dihubungi, Senin 27 Agustus 2012.
Menurut Udar, sebenarnya saat membangun sudah diantisipasi masalah tersebut. Namun, kata dia, keretakan akibat abrasi masih saja terjadi. Ia berjanji akan memeriksa kembali keretakan dan kerusakan yang terjadi di pelabuhan itu. “Nanti saya akan cek dan segera diperbaiki," katanya.
MITRA TARIGAN