TEMPO.CO , Luanda - Otoritas Angola mengekstradisi 37 pria dan wanita Cina yang diduga terlibat dalam berbagai kejahatan di Angola. Laporan media setempat menyebutkan mereka tiba di Beijing, Sabtu, 25 Agustus 2012, dalam pengawalan ketat polisi.
Kantor berita Xinhua, mengutip keterangan dari kantor Kementerian Keamanan Publik, mengatakan ke 37 orang tersebut diduga terlibat dalam kejahatan penculikan, suap, surat gelap, perdagangan manusia, dan pelacuran.
Bahkan, di antara mereka, menurut Xinhua, merupakan pelaku kejahatan brutal seperti misalnya dengan meminta tebusan sejumlah uang dan melumuri korban dengan bensin. "Bila tuntutan tersebut tak dipenuhi, korban dibakar hingga tewas."
Kantor Kementerian menguraikan, ekstradisi ini menyusul permintaan otoritas Cina terhadap 37 begundal pelaku kejahatan. "Mereka tiba di Beijing, Sabtu, 25 Agustus 2012, dengan pesawat carteran," ujar menteri.
Televisi Cina, CCTV, dalam siarannya menunjukkan gambar para pelaku kejahatan yang diekstradisi turun dari pesawat di bandara Beijing. Di layar kaca tersebut tangan para begundal diborgol dan wajahnya ditutup kain gelap menuju bus petugas yang siap mengangkut mereka.
Tindak kejahatan di Angola menjadi perhatian besar pemerintah Cina, selaku mitra dagang utama negara di benua Afrika tersebut. Negara di benua hitam ini merupakan sumber investasi infrastruktur Cina. Pada 2010 Cina telah membenamkan investasi di bidang mineral sebesar US$ 24,8 milyar (Rp 236 triliun).
Sejak Juli 2012 lalu, jelas Menteri Keamanan Publik Cina, pemerintahannya telah mengirimkan satuan polisi khusus ke Angola. Hamba hukum ini sengaja dikirimkan untuk bekerja sama dengan polisi setempat guna menghantam 12 geng Cina yang terlibat dalam 48 kasus kejahatan dan membebaskan 14 warga Cina yang diculik. Hampir semua korban dipaksa menjadi pelacur di Angola.
Para korban pelacuran umumnya tergiur janji kelompok gangster mendapatkan pekerjaan dan gaji besar di Angola. Tetapi setibanya di negeri itu mereka justru dipaksa menjadi pelacur, melayani lelaki hidung belang. Bahkan tak jarang diancam dan disiksa.
Xinhua menyebutkan, polisi khusus ini berhasil membabat 12 organisasi kriminal Cina. "Mereka juga berhasil membebaskan 14 korban penculikan yang dipaksa melayani lelaki hidung belang."
Kantor berita pemerintah ini mengutip keterangan Liu Ancheng, Kepala Divisi Kejahatan Kementerian, kebeherasilan menciduk para begundal itu berkat kerjasama yang baik kedua negara untuk mengatasi berbagai kejahatan.
Dalam sebuah artikel di media online Kepolisian Nasional Cina seorang detektif dari Kepolisian Cina, Lie Feng, menulis bahwa para pelaku kejahatan yang menjadi anggota gangster di negara Afrika barat daya itu umumnya berpendidikan rendah dan berpenghasilan minim di Cina.
AL JAZEERA | BBC | CHOIRUL